Di berbagai negara maju, kelahiran kembali "farmers market" (pasar tani) di berbagai belahan dunia merupakan reaksi dari tekanan industri pertanian (Guthrie, Guthrie, Lawson, 2006).
Sebut saja di Amerika, Eropa atau Selandia Baru, para petani skala kecil terlalu lemah untuk bisa bersaing dengan perusahaan raksasa. Untungnya, terdapat segmentasi konsumen yang memberi celah pada petani skala kecil untuk bertahan.
Walaupun luas kepemilikan lahan petani di negara maju yang berkisar 100 hektar atau lebih, hal ini tidak bisa kita bandingkan dengan mayoritas 58,7% rumah tangga petani kita yang luasan lahannya kurang dari 0,5 hektar (SUTAS, 2018).Â
Ukuran luasan lahan berbeda antar satu daerah atau negara. Pertanian disebut skala kecil untuk membedakan dengan pertanian industri (OECD, 2001).
Kekuatan gerakan petani
Di pasar tani di negara-negara maju tersebut, sebagian konsumen menghargai hubungan dengan produsen. Terdapat trust disini. Di mana mereka mempercayakan keamanan pangan kepada produsen yang telah secara konsisten menyuplai kebutuhan pangan mereka.
Permintaan yang muncul itu disambut baik oleh para petani kecil tersebut. Kemudian secara mandiri, terorganisasilah sebuah kelembagaan pasar tani yang menguntungkan kedua belah pihak.
Para petani bisa mendapatkan income yang lebih tinggi, memperoleh pasar yang terorganisasi dengan baik dan memiliki kesempatan untuk mengenalkan produknya.
Di Belanda, terdapat sebuah perusahaan ternama yang produk-produk susunya bisa Anda temukan di berbagai penjuru dunia.
Sejatinya organisasi tersebut sudah dirintis di tahun 1960an. Awal mulanya dikarenakan sifat produk yang mudah rusak dan keterbatasan refrigerasi sehingga petani harus mengantarkan susu kepada pelanggan secepatnya. Disamping itu juga untuk meraih posisi tawar yang lebih tinggi di pasar.
Gerakan petani untuk pemasaran produk pertanian menjadi hal yang sangat esensial. Dikarenakan kemunculannya merupakan bentuk reaksi kecerdasan dari keadaan yang dihadapi.
Pengorganisasian diri
Masih tentang gerakan petani, jika kita bicara tentang pengorganosasian diri, Elinor  Ostrom, penerima nobel ekonomi tahun 2009, mengawali karirnya di bidang ilmu politik dengan melakukan penelitian PhD-nya yang menyoroti urgensi pengaturan sumber daya air di California tahun 1960an (Wilson, 2016).
Pada waktu itu, tak ada yang mengatur masalah penggunaan air minum. Setiap orang boleh membuat sumur dan mengonsumsi airnya.
Lama-kelamaan terjadi kemerosotan jumlah cadangan air dikarenakan tak ada yang meregulasi. Hingga akhirnya orang-orang membentuk peraturan sendiri dan memberlakukan sanksi bagi pelanggarnya.
Rupanya konsep analisis dan pengembangan kelembagaan (Institutional Analysis and Development) Ostrom menjadi dalil yang mendasari kegiatan regulasi yang terorganisasi secara mandiri. Seperti halnya pasar tani.
Kehadirannya di Indonesia
Kelembagaan pasar tradisional menjadi contoh yang paling dekat. Pembeli dan penjual mengembangkan kesepakatan akan kualitas, kuantitas dan melakukan transaksi hasil pertanian.
Akan tetapi, menghadapi persaingan pertanian skala kecil dengan industri, sebagian petani cabai di Yogyakarta menjawabnya dengan mengorganisasi kelembagaan pemasaran secara mandiri dengan sistem lelang yang terorganisasi secara mandiri (Supriyanto et.al., 2012). Terjadi revolusi pasar tani di pasar tradisional menjadi sistem pasar lelang.
Fenomena ini sudah berkembang sejak 2003 dan seiring dengan semakin terlatihnya petani dalam menjaga kualitas produk dan membangun network dengan pedagang, kegiatan pasar lelang semakin berkembang.
Memang lebih ditemui petani yang menciptakan iklim kondusif penjualan produknya. Pertama, karena mereka adalah pelaku utama yang memiliki pengetahuan selera konsumen. Kedua, petani menghendaki adanya sistem penjualan yang menguntungkan dari segi harga.
Dan ketiga, dengan perkembangan pertanian yang semakin terindustrialisasi dan berskala menengah dan besar, para petani kecil harus bertahan. Keep fighting and carry on.
Sehingga gerakan pemasaran yang dilakukan petani perlu didukung baik pihak akademisi, swasta, pengambil kebijakan maupun publik. Walaupun kita menyadari, intervensi pasar bukanlah hal yang mudah dilakukan, terutama untuk barang yang sifatnya perishable (mudah rusak).
Pembangunan infrastruktur yang memadai seperti bangunan pasar tani, jalan usaha tani, listrik untuk lahan pertanian adalah hal yang super penting untuk para petani.
Penjualan hasil panen bisa dengan lebih leluasa dilakukan para petani. Dukungan lain yang diperlukan adalah kestabilan harga di tingkat nasional.
Untuk yang terakhir ini belum bisa ditemukan solusinya. Karena gerakan pemasaran petani memang skalanya kecil.
Akan tetapi dengan kelahiran pasar tani ala petani, yang self-organised, seperti sistem lelang cabai, membuat petani menerima harga yang lebih tinggi.
Semoga gerakan pasar lelang cabai merah bisa secemerlang gerakan koperasi susu di negara maju, serta mampu mempertahankan eksistensinya di tengah dunia yang terindustrialisasi layaknya pasar tani di negara-negara maju.
Referensi
- Friesland Campina. https://www.frieslandcampina.com/en/organisation/who-we-are/
- Guthrie, J., Guthrie, A., Lawson, R., Cameron, A., 2006. Farmers' markets: the small business counter-revolution in food production and retailing. British Food Journal. https://doi.org/10.1108/00070700610676370
- Hasil Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS). 2018. BPS Indonesia
- OECD. 2001. Small scale producers (definisi) dalam Review of Fisheries in OECD Countries: Glossary, February 1998. https://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=2472
- Supriyanto, Subejo, Untari, D.W, Dinarti, S.I, Widarta, P.M., 2012. Proses Pengorganisasian Diri Komunitas Pertanian Pasir Pantai di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo. Laporan Hibah Penelitian Fakultas Pertanian UGM
- Wilson, D.S., 2016. The Woman Who Saved Economics from Disaster: Who is Elinor Ostrom?. Evonomics. https://evonomics.com/the-woman-who-saved-economics-from-disaster/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI