Mohon tunggu...
Dyah Woro Untari
Dyah Woro Untari Mohon Tunggu... Dosen - Dyah Woro Untari

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sistem Penjualan Bersama, Perlu Tidak?

24 Januari 2019   05:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   10:59 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pelelang di Royal Flora Holland duduk di belakang laptop sambil melihat jenis bunga dan spesifikasinya di layar (dok. pribadi)

Ibarat pepatah,
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

Walaupun terdengar sangat klasik, ternyata filosofi yang diciptakan nenek moyang kita itu berlaku sepanjang waktu.

Pada zaman sekarang, manusia cenderung individualistis dikarenakan tuntutan profesi yang semakin tersegmentasi. Termasuk di negara kita, diawali dengan fenomena di perkotaan yang semakin menonjolkan pentingnya kompetensi individu untuk mampu memenangkan persaingan.

Sedangkan tak jauh dari sana, di wilayah dengan hamparan hijau lahan pertanian yang dihuni oleh masyarakat pedesaan, suasana tersebut tidak kentara. Namun siapa yang menduga dibalik keajegan yang tercipta, terdapat sebuah mekanisme yang menghidupkan sendi-sendi perekonomian masyarakat desa.

Kali ini kita akan melihat lebih dekat bagaimana sebuah negara di Eropa, yakni Belanda, dengan kelembagaan perekonomian yang dimiliki menjadi penghasil keju nomor satu di dunia, serta menjadi pengekspor hasil pertanian terbesar kedua di dunia setelah Amerika.

Di bagian akhir kita akan bercermin di mana posisi perekonomian masyarakat desa di negara kita dan apa yang bisa kita lakukan supaya petani kita semakin kuat dan kaya.

Lelang keju di Alkmaar

Mari kita awali dengan mengambil sebuah fenomena sektor perindustrian keju di Belanda. Di sebuah kota bernama Alkmaar yang berlokasi di North Holland, sebuah tradisi lelang keju digelar setiap hari Jumat pagi pada sekitar bulan Maret-September setiap tahunnya.

Sedangkan di bulan Juli-Agustus dilakukan lagi lelang keju yang diselenggarakan setiap hari Kamis malam. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi tersebut dilakukan, tetapi serikat produsen keju telah dibentuk pada tahun 1539. Dengan demikian, diasumsikan bahwa sebelum tahun tersebut tentunya telah dilakukan penjualan keju.

Lalu apa sih yang menarik dari lelang keju di Alkmaar? Dalam lelang keju tersebut terdapat berbagai peran yang diatur dan dijaga kedisiplinannya setiap saat. Terdapat peran yang dikategorikan sebagai pembawa keju yang harus tepat waktu. Apabila pembawa keju tersebut terlambat, ia akan dikenakan denda yang akan dikumpulkan oleh seorang "provost marshal".

Terdapat pula peran lain yakni bapak keju, kepala dari empat perusahaan keju yang akan mengumumkan jumlah keju yang terkumpul dan jumlah pembagian keju untuk masing-masing perusahaan. Setelah lelang dibuka, para pedagang mengamati dan mencicipi keju untuk kemudian melakukan penawaran harga sambil menepukkan tangan.

Setelah keju terjual, pembawa keju akan mengusung keju ke kereta untuk ditimbang. Disana pun terdapat petugas yang bertugas menimbang keju yang disebut "tasman" (yang secara harfiah adalah orang pembawa tas, ya, kata "tas" yang kita gunakan sebenarnya berasal dari bahasa Belanda).

Dalam hal penimbangan keju, mereka memiliki sebuah moto yang berbunyi keseimbangan yang salah adalah kebencian di mata Tuhan. Kejujuran, kedisiplinan, kekreatifan dalam bekerja bersama untuk menjalankan usaha rupanya selalu mereka pegang teguh.

Lelang bunga di Royal Flora Holland

Mari sekarang kita beralih ke sebuah perusahaan bernama Royal Flora Holland yang berlokasi di Kota Alsmeer, kebetulan masih di provinsi yang sama.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1911 ini merupakan tempat terbaik untuk penjualan bunga dan tanaman internasional selama lebih dari 100 tahun.

Sebagai tempat lelang bunga terbesar di dunia, di tempat ini, petani dan pembeli berbisnis dengan harga yang optimal dan ongkos transaksi yang paling rendah. Semboyan mereka bersama kita kuat! Sepertinya tidak jauh berbeda dengan semboyan kita ya.

Perusahaan ini menampung penjualan bunga-bunga seperti mawar, krisan, tulip, lili, daisy yang berasal dari benua Eropa, Amerika dan Afrika. Laporan tahunan perusahaan ini menampilkan berbagai data.

Yang pertama, bunga-bunga tersebut diekspor ke negara lain seperti Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Belgia, Polandia, Switzerland, Swedia, Rusia, Austria, Denmark, Ceko, Amerika Serikat, dan lain-lain.

Lalu, untuk menampung bunga dalam jumlah sedemikian besar, perusahaan dengan bangunan raksasa ini memiliki berbagai fasilitas seperti jam penanda tawaran lelang, ruang untuk melakukan lelang online, ruangan pendingin, trolley, container dan dermaga.

Di sini, konon petani mulai menawarkan produk mereka kepada para pembeli secara bersama-sama dalam satu tempat.

Hal ini membuat posisi tawar mereka lebih kuat dan mampu mendapatkan harga yang tinggi. Kenyataannya negara Belanda dengan luasan wilayah kurang lebih sebesar Jawa Barat dan dengan kondisi alam yang terbatas, dalam kurun waktu tertentu bisa menjadi kaya dari sektor pertanian.

Para pelelang di Royal Flora Holland duduk di belakang laptop sambil melihat jenis bunga dan spesifikasinya di layar (dok. pribadi)
Para pelelang di Royal Flora Holland duduk di belakang laptop sambil melihat jenis bunga dan spesifikasinya di layar (dok. pribadi)
Bunga-bunga dari para petani dikumpulkan di sebuah hall yang luas. Para pekerja menata trolley bunga dengan menggunakan forklift (dok. pribadi)
Bunga-bunga dari para petani dikumpulkan di sebuah hall yang luas. Para pekerja menata trolley bunga dengan menggunakan forklift (dok. pribadi)
Di mana dan seperti apa lelang di pedesaan di Indonesia?

Di Indonesia sendiri pada saat ini telah terdapat sebuah lembaga yang disebut sebagai Pasar Lelang Komoditas yang merupakan kerjasama petani, pemerintah dan pengorganisasi lelang, pembeli dan pemerintah daerah. Bahkan disebutkan Jambipro (27/04/18), pasar lelang komoditas mulai tahun depan akan mulai online. Tentunya ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah dan kabar baik bagi petani dan pedagang.

Pada saat ini pun sudah mulai bermunculan penjualan komoditas secara lelang, khususnya untuk produk hortikultura. Sebut saja di Purworejo, Yogyakarta, Magelang, telah terdapat kelompok tani yang menginisiasi lelang untuk komoditas cabai.

Berbekal peralatan yang sederhana berupa timbangan, buku tulis untuk mencatat suplai dari petani, sebuah telepon genggam dan kesepakatan lelang yang senantiasa dinamis. 

Sesaat sebelum lelang cabai di sebuah kelompok tani di Yogyakarta (dok. pribadi)
Sesaat sebelum lelang cabai di sebuah kelompok tani di Yogyakarta (dok. pribadi)
Memang bukan online, bukan di dalam gedung raksasa, tidak memakai peralatan canggih dan memang belum diekspor seperti di Royal Flora Holland. Namun sampai sekarang kegiatan lelang cabai petani tersebut masih berjalan. 

Dengan dihadapkannya dengan berbagai masalah dalam melayani petani dan pedagang, kelompok tani ini menelurkan gagasan tugas-tugas yang perlu dirangkai untuk menjalankan lelang seperti penimbangan, sortasi, menghubungi pedagang, pengepakan, pembayaran, layaknya lelang keju di Alkmar walaupun tidak ada yang disebut "provost marshal".

Para petani cabai ini menjual produknya secara kolektif dan mereka mampu membuktikan dengan bekerja bersama mereka bisa meraih harga yang lebih tinggi, sama seperti yang dilakukan para produsen keju dan petani bunga di Belanda. 

Hanya saja para petani produk segar masih terkendala beberapa hal seperti belum dimilikinya blower, ruangan pendingin, serta perhatian ketika terjadi panen raya secara serempak di berbagai daerah yang membuat harga terjun bebas. Sedangkan keluarga harus dinafkahi dan yang jelas sebagian uang harus disisihkan untuk bisa dijadikan modal menanam lagi musim berikutnya. 

Pada akhirnya para petani sudah bersatu padu menanam dan menjual produk pertanian, ditunggu pihak ketiga yang mau merapat untuk memberikan suasana dan kebijakan yang kondusif untuk stabilnya harga produk pertanian yang menguntungkan petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun