Saya sempat 'mencoret' beberapa gerakan dalam yoga dan circuit training karena saya mendengar bahwa gerakan tersebut akan membuat lengan saya makin besar atau paha saya semakin tembem. Ternyata ini tidak berhasil membuat bentuk tubuh saya membaik, malah membuat saya merasa kemampuan saya jadi ikut 'jalan di tempat'. Dan tentunya orang-orang yang saya temui pun tetap melontarkan komentar yang membuat saya sakit hati.
Tanpa saya sadari, setiap saat, saya melakukan olah raga dengan satu harapan, yaitu mendapat 'nilai' bagus dari orang-orang yang ada di sekitar saya. Saya memberi makan perasaan rendah diri, membutuhkan pengakuan, dan mengasihani diri sendiri.
Setiap kali mengikuti kelas yoga, meskipun saya bisa mengeksekusi peak pose yang diinstruksikan, saya akan pulang dengan perasaan kecewa karena perut saya tidak rata. Saya meletakkan kunci kebahagiaan saya pada orang lain, atau lebih tepatnya, pada komentar orang lain akan bentuk tubuh saya.
Satu-satunya yang saya syukuri sampai saat ini adalah bahwa kekecewaan-kekecewaan saya saat itu tidak menghentikan saya berolah raga. Saya tidak pernah mencapai angka timbangan yang saya harapkan. Saya juga tidak memiliki lingkar-lingkar tubuh yang menurut saya ideal. Performa saya dalam lari tidak membaik secara drastis, dan asana yang saya kuasai dalam yoga pun masih sangat terbatas. 'Bahan bakar' saya untuk terus berolah raga hanya karena olah raga membuat saya merasa bahagia.
Tapi memang itulah satu-satunya alasan yang saya butuhkan: bahagia. Setelah sekian lama, saya akhirnya bisa bersyukur karena saya berolah raga. Bukan karena saya sudah memperoleh pujian akan penampilan saya, tapi karena saya menemukan sumber kebahagiaan yang lebih real--yaitu olah raga itu sendiri.
Tentu--sebagaimana manusia pada umumnya--saya tetap merasa senang saat menerima pujian. Tapi, kini saya menyadari bahwa meskipun hingga tua nanti saya tidak akan menerima satupun pujian lagi dari orang lain, saya akan baik-baik saja. Dan yang terpenting, saya menyadari bahwa saya lebih bangga ketika berhasil memperoleh pencapaian dalam olah raga--meskipun sederhana--daripada ketika orang lain memuji penampilan saya.
Mungkin terdengar sedikit dangkal, tapi saya merasa saya akan tetap bahagia selama saya masih bisa berolah raga. Kunci kebahagiaan saya sekarang ada di tangan saya sendiri.
Mudah-mudahan siapapun yang membaca tulisan ini juga semakin didekatkan dengan sumber kebahagiaannya, ya.
Namasté :)