Melanjutkan tulisanku tentang pengembangan energi terbarukan di Sumatera Selatan yang bisa dinikmati dengan tautan Jelajah Energi Sumatera Selatan, Perjalananku Mengenal Transisi Energi Dimulai, kali ini cerita tentang kunjunganku bersama tim Jelajah Energi Sumatera Selatan di PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri).
Masih di hari pertama, setelah acara pembukaan dan pembekalan bagi semua peserta yang dilaksanakan di hotel Amaris, aku dan seluruh tim mengawali perjalanan jelajah energi Sumatera Selatan menuju Pusri untuk melihat langsung pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan yang dilakukan di sana.
Kami diterima oleh Vice President Lingkungan Hidup Pusri, Yusuf Riza beserta jajarannya yang siap memberikan penjelasan terkait upaya energi terbarukan yang telah dilakukan. Pusri merupakan singkatan dari PT Pupuk Sriwidjaja yang merupakan anak usaha Pupuk Indonesia yang bergerak di bidang produksi pupuk dan amoniak. Upaya mempercepat kenaikan energi terbarukan salah satunya adalah dengan memasang panel surya di atap (solar rooftop) sebagai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 110 Kilowatt peak (kWp). Pusri juga mengadakan program penghijauan dengan penanaman satu juta pohon hingga tahun 2030. Program transisi energi bagi karyawan Pusri adalah digalakkannya penggunaan kendaraan listrik yaitu mobil listrik dan motor listrik.
Koordinator Proyek Dekarbonisasi Industri, Institute for Essential Services Reform (IESR), Faricha Hidayati menyatakan bahwa penyediaan listrik bersih merupakan kunci dalam penurunan emisi sektor industri. Tanpa listrik bebas emisi, bahkan dengan teknologi yang termutakhirpun, sulit rasanya untuk mendekarbonisasi sektor industri. Sebagai contoh, teknologi amonia hijau, tak akan lagi menjadi "hijau" apabila listrik yang mensuplainya berasal dari pembakaran batu bara. Pemasangan PLTS secara mandiri yang telah dilakukan Pusri ini menjadi salah satu upaya paling tepat untuk mempercepat kenaikan bauran energi terbarukan di Indonesia, dan juga mempersiapkan Pusri  dalam mencapai target net zero di tahun 2060. Selain sumbernya yang tak terbatas, menurut kajian IESR berjudul Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024, energi surya menjadi solusi transisi energi paling efektif karena biaya instalasi dan perawatan yang semakin cost-competitive. Setidaknya dibutuhkan paling sedikit 1/3 listrik Indonesia disuplai oleh energi surya di tahun 2060, atau sebesar 60% dari total kapasitas daya yang terpasang.
Sebagai Pengawas Sekolah, aku tertarik mencari tahu kontribusi apa yang telah diberikan Pusri kepada sekolah-sekolah dan lingkungan pendidikan di Sumatera Selatan atau bahkan di Indonesia. Saat diskusi bersama antara Pusri dan tim jelajah energi, aku menanyakan hal ini, dan Pusri menyatakan bahwa bagian Community Development Pusri berupaya ke arah sana dengan memberikan lampu penerangan di tempat-tempat yang memerlukan, juga mendukung pelaksanaan program Desa Proklim yaitu gerakan nasional pengendalian perubahan iklim yang dapat mendukung target penurunan emisi dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim. Untuk kontribusi atau program yang dilakukan Pusri ke sekolah-sekolah, belum dilakukan secara khusus. Semoga ke depan Pusri bisa berkontribusi dan mendukung pelaksanaan program sekolah, terutama terkait program energi baru terbarukan, baik di Sumatera Selatan dan juga di seluruh nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H