"Begawan, bolehkah aku bertanya tentang apa itu kematian?"
Kata sang cantrik pada suatu ketika kepada sang begawan
"Bagaimana aku akan menjelaskannya bila engkau belum memahami apa arti kehidupan?"
Sang cantrik pun tercengang harus berkata apa kepada sang guru begawan
Sejenak pikirannya menerawang jauh
Mencoba menerjemahkan makna kematian dan kehidupan
Realitas yang disangga oleh pandangan dan sikap hidup
Di kala janji 'tlah terucap sebagai ikrar kepada Sang Pencipta
Bagi diri sendiri dan sesama
Perwujudan nyata adalah seharusnya
Sebab bila tidak, adalah pencederaan dan pengingkaran
Mengartikulasikan tentang Tuhan dalam realitas kehidupan universal
Memanusiakan manusia dalam bingkai adil dan beradab
Saling kasih sayang antar sesama dan tidak terpecah belah
Musyawarah mufakat dalam perwakilan adalah jawaban
Menolak persaingan, pemantik bara api pemicu saling baku hantam tak berkesudahan
Keadilan bagi keseluruhan tanpa kecuali harus ditindaknyatakan dalam perwujudan
Sudahkah, ataukah masih jauh panggang dari api?
Tibalah kini sang cantrik menatap realitas yang tengah berjalan
Marak, penuh dengan hingar bingar dan serba vulgar
Nyanyian propaganda begitu merdu syahdu menggema membahana
Sepenggal lirik, pilihlah saya, selalu diselipkan dalam untaian nada berirama
Karena memang itulah tujuan utama melipur lara
Dimanakah musyawarah mufakat dalam perwakilan sedang berada?
Kali ini, bertanyalah sang cantrik kepada dirinya sendiri ....
*****
Kota Malang, Desember di hari kedelapan belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.