Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matinya Kehidupan

18 Desember 2023   03:33 Diperbarui: 25 Desember 2023   11:35 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: batangkayu.com

"Begawan, bolehkah aku bertanya tentang apa itu kematian?"
Kata sang cantrik pada suatu ketika kepada sang begawan
"Bagaimana aku akan menjelaskannya bila engkau belum memahami apa arti kehidupan?"

Sang cantrik pun tercengang harus berkata apa kepada sang guru begawan

Sejenak pikirannya menerawang jauh
Mencoba menerjemahkan makna kematian dan kehidupan
Realitas yang disangga oleh pandangan dan sikap hidup

Di kala janji 'tlah terucap sebagai ikrar kepada Sang Pencipta
Bagi diri sendiri dan sesama
Perwujudan nyata adalah seharusnya
Sebab bila tidak, adalah pencederaan dan pengingkaran

Mengartikulasikan tentang Tuhan dalam realitas kehidupan universal
Memanusiakan manusia dalam bingkai adil dan beradab
Saling kasih sayang antar sesama dan tidak terpecah belah
Musyawarah mufakat dalam perwakilan adalah jawaban
Menolak persaingan, pemantik bara api pemicu saling baku hantam tak berkesudahan
Keadilan bagi keseluruhan tanpa kecuali harus ditindaknyatakan dalam perwujudan

Sudahkah, ataukah masih jauh panggang dari api?

Tibalah kini sang cantrik menatap realitas yang tengah berjalan
Marak, penuh dengan hingar bingar dan serba vulgar
Nyanyian propaganda begitu merdu syahdu menggema membahana
Sepenggal lirik, pilihlah saya, selalu diselipkan dalam untaian nada berirama
Karena memang itulah tujuan utama melipur lara

Dimanakah musyawarah mufakat dalam perwakilan sedang berada?
Kali ini, bertanyalah sang cantrik kepada dirinya sendiri ....

*****

Kota Malang, Desember di hari kedelapan belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun