Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sudah Waktunya Menentukan Pilihan

31 Oktober 2023   22:05 Diperbarui: 31 Oktober 2023   22:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita dihadapkan pada 'pilihan hidup' menurut ketentuan Tuhan Sang Maha Pencipta dan Maha Segala-galanya, dalam perjalanannya, sampailah pada satu ruang 'kegelisahan' begitu kita mendapatkan gambaran cita-cita hidup menurut maunya Tuhan.

Kegelisahan itu adalah manusiawi dan bukan tanpa sebab ataupun tanpa alasan. Artinya, mampukah dan sampaikah kita pada harapan tujuan hidup yang telah kita pilih ini pada suatu perwujudan dalam pembangunannya?

Sebut saja, perwujudan 'kawasan tatanan seimbang' menurut ketentuan Tuhan, yakni 'tatanan  sistem kehidupan seimbang'.

Jangan-jangan, kita tidak bisa berangkat menuju ke sana!

Sebuah bentuk kegelisan di antara kita, masing-masing dari pribadi kita ...

Namun, dan yang   patut disadari adalah bahwa kita masih dan sedang berproses. Sementara, yang namanya proses harus ada progres sebagai indikator bahwa kita masih dan sedang bergerak, tidak mandek dan berangan-angan belaka.

Lantas, harus bagaimana kita saat ini?

Sebab, kendala internal yang tak boleh diabaikan begitu saja, yang cukup rumit juga sebagai penghambat kita menuju 'keseimbangan hidup', benar-benar telah dirasakan dan telah dialami oleh masing-masing di antara kita. Belum lagi, faktor eksternal dari luar komunitas kita, dimana kita telah menyatakan diri sebagai 'penegak tatanan seimbang'.

Oleh karenanya, kata kuncinya adalah "sinkronisasi" dengan menumbuhkembangkan spirit yang sama secara kolektif, dari masing-masing pribadi guna mendulang energi luar biasa dalam proses pembangunan 'tatanan kehidupan seimbang'.

Berikutnya, singkirkan 'kerak-kerak dogmatis' di alam pikiran kita, otak kita. Otak kiri sudah saatnya lebih ditonjolkan dalam menangkap isyarat dan kejadian di alam nyata, agar segala keputusan dan sikap yang kita ambil adalah dalam koridor logis, rasional, dan ilmiah. Bukan malah mengunci di otak kanan yang cenderung pada perasaan terhadap suatu dogma.

Lantas, bagaimana soal progres dalam suatu proses yang tengah kita jalani?

Ingat, progres itu bukan hanya terpaku pada soal fisik. Misal, hanya terpaku pada pembangunan rintisan sebuah base camp saja. Bukan itu saja!

Progres, harus nampak juga terhadap lontaran 'petir peringatan dan kabar gembira' yang harus selalu digaungkan terus menerus tiada henti, sampai dengan pada capaian tujuan perwujudan, benar-benar telah kita alami.

Jadi, proses-progres antara pembangunan fisik dan pembangunan pandangan dan sikap hidup (mental) bersifat pararel dan saling melengkapi. Dan, 'petir akan menjadikan hujan lebih ber-nutrisi untuk bisa membangkitkan bumi dari kematiannya'.

Oleh karenanya, tahapan rencana kerja pembangunan Bait Allah yang di dalamnya mengandung:
* Program Kerja Pembangunan Bangsa
* Program Perbaikan Keseimbangan Alam
* Program Perbaikan Keadilan Sosial

Yang merinci tentang:
* Memperbaiki Kerusakan Keseimbangan Alam
* Program Kemandirian dan Ketahanan Pangan

Harus digaungkan ke sepenjuru Bangsa dan Dunia, sebagai 'petir yang mengiringi hujan dalam membangkitkan bumi dan seisinya dari kematiannya'.

Semoga, dan Salam Seimbang Universal Indonesia Nusantara ....

*****

Kota Malang, Oktober di hari ketiga puluh satu, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun