Sumpah tinggallah sumpah, dan janji tinggallah janji
Sebab, saat ini kita masih begini
Bukankah telah terucap dan tergurat dalam sejarah
Bahwa cita untuk bersatu adalah keharusan dan niscaya
Tak terpecah belah, mewujud menjadi bangsa merdeka
Berdikari dengan nasibnya sendiri, tabu bergantung
Apalagi melacur diri, korbankan berjuta-juta anak negeri
Hanya demi nafsu dan ambisi pribadi
Bukan demi nasib seantero anak negeri
Jikalau memang bertanah air satu
Berbangsa satu dalam bahasa yang satu
Di atas semboyan bhinneka tunggal ika
Begitu kemerdekaan telah tergenggam di tangan
Manakah seraut wajah itu nampak memancar indah?
Laksana satu tubuh, di kala sebagian sakit
Sebagian yang lain pun akan merasakan jua
Di kala sebagian senang, sebagian yang lain pun
akan merasakan senang jua
Itulah yang seharusnya dan yang semustinya ...
Masihkah kita selalu dan selalu seperti ini?
Hidup dalam kepalsuan penuh intrik tiada henti
Sementara, para pemilik negeri merintih sedih
Di tengah para penguasa yang selalu bernyanyi
Dalam nada dan irama merdu sekedar melipur lara ....
*****
Kota Malang, Oktober di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H