Mungkin saja engkau lupa
Atau memang sengaja melupa
Agar kami jadi terbuai
Oleh pesona manismu
Oleh Ucap kata manismu
Di setiap waktu temu
Namun, kami belum lupa
Bila engkau pernah bertutur
Dalam rangkaian kata bagai mantra
Manis, dan teramat manis
Hingga hati dan pikiran pun
Tenggelam dalam suasana magis
Kita adalah kumpulan
Dari para insan yang peduli
Atas nasib bangsa negeri ini
Begitulah ungkap katamu
Saat itu
Lalu, kita bukanlah politikus
Yang bernaung dalam payung
Ataupun bendera berhaluan politik
Lanjut katamu kembali, teramat manis
Dan, itu 'tlah berlalu
Seiring dengan guliran waktu
Kami hanya tak mau larut
Oleh sejuta janji manismu
Yang masih teramat manis untuk didengar
Di tengah hingar-bingarnya
Para pencari labuhan hidup
Lantaran gugup akan kemana
Kali ini, saat ini
Kami nyatakan lugas saja
Bahwa kami masih menolak lupa
Pada janji ucapmu yang berlalu
Usahlah berkilah laksana pedang membilah
Pada perisai berlapik baja
Yang justru mebuatmu jadi sia-sia belaka
Lantaran kami masih menolak lupa
Maka, bertaubatlah ....
*****
Kota Malang, Oktober di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H