Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Bajingan Tolol hingga Orang yang Disayang Tuhan, Berfilsafatlah Sang Bakul Es

7 Agustus 2023   03:43 Diperbarui: 7 Agustus 2023   05:52 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: kompas.com

Dalam hal berpolemik terhadap "Bajingan Tolol", maka makna kamus sebagaimana bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia, tanpa harus berputar-putar dan berkelit, maka marilah dikupas berdasarkan KBBI, yakni sebagai berikut: 

  • Bajingan : 1. penjahat; pencopet 2. kurang ajar (kata makian)
  • Tolol         : sangat bodoh; bebal

Dengan demkian, maka makna "Bajingan Tolol" adalah:

  • Penjahat atau pencopet yang sangat bodoh atau bebal
  • Kurang ajar yang sangat bodoh dan bebal

Nah, pertanyaannya, mengapa manakala dipolemikkan atau diperdebatkan dan dipersoalkan, koq jadi berbelok arah, khususnya terhadap kata "Bajingan", sebelum digabung dengan kata "Tolol"? Yakni publik diarahkan memaknai kata bajingan sebagai "Orang yang disayang Tuhan"?

Lantas, publik pun digiring dalam memaknai kata "bajingan" dari sisi yang lain, yakni bahwa "bajingan" adalah pengendali gerobak sapi (cikar), dan gerobak sapi atau cikar adalah jenis kendaraan rakyat pada zaman dahulu, khususnya di pulau Jawa,  yang dipergunakan untuk mengangkut hasil bumi. Dan, "sopir" nya disebut Bajingan. Lantaran Bajingan adalah profesi sebagai pengangkut hasil bumi, maka Bajingan adalah "orang yang disayang Tuhan" ..?  

 Lho, koq jadi begitu dan kesana kemari ceritanya, Bro? Lha, waktu itu, ketika melontarkan kata istilah dimaksud dalam rangka apa dan terangkai oleh narasi bahasan apa yang melatarbelakangi, sehingga terlontarlah kata "Bajingan Tolol"?

Apakah mau beretorika, berputar-putar dan berkelit dengan mengumbar soal Logika dalam Filsafat, cabang-cabang Filsafat yang terdiri dari Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi seperti sang begawan sedang menguliahi para cantriknya?

"Di kala pikiran kita berkata 'iya', mengapa mulut berucap 'tidak'?"

Sekian dan terima kasih. Salam Seimbang Universal Indonesia_Nusantara ... Merdeka!

*****

Kota Malang, Agustus di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun