Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nukilan Sejarah, Refleksi Kemerdekaan

1 Agustus 2023   16:40 Diperbarui: 3 Agustus 2023   04:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: kompas.com

Aktivitas bawah tanah dan keteguhan sikap untuk tidak menganga selama interogasi membuat tentara Indonesia di bawah pimpinan Bung Tomo membebaskannya. Dia ditawari dua opsi, kembali ke negerinya dengan jaminan pengamanan tentara Indonesia atau bergabung dengan pejuang Indonesia.

K'tut Tantri memilih opsi yang kedua. Ia dipercaya untuk mengelola siaran radio perjuangan. Suaranya mengudara tiap malam. Ketenarannya dalam bersiaran menjadikan faksi tentara Indonesia menculiknya dan memintanya untuk siaran di radio gelap yang mereka kelola sebelum kemudian anak buah Bung Tomo berhasil membebaskannya.

Pada saat pemerintahan Indonesia bergeser ke Yogya, K'tut Tantri pun turut serta ke Yogya. Di sana dia bekerja di kantor Menteri Pertahanan yang saat itu dijabat oleh Amir Syarifuddin. Dia pernah menuliskan pidato Bung Karno. Suatu ketika ia mendapat tugas sebagai seorang spionase, dan berhasil menjebak sekelompok pengkhianat.

K'tut Tantri, satu-satunya perempuan yang berkeliaran di jantung Yogya yang pekat oleh bau mesiu saat itu. Ketenaran dan pengorbanannya pun menjadi rebutan faksi-faksi politik. Dia sempat dibawa diam-diam oleh salah satu kelompok politik yang hendak melaksanakan rapat di Solo. Bahkan, K'tut Tantri tak menyadari bila dalam perjalanannya menuju Solo berada dalam satu mobil dengan scarlet pimpernal-nya Indonesia yang legenderis, yakni Tan Malaka.

Dalam konferensi pers yang dihadiri wartawan dan koresponden pelbagai kantor berita dan media massa luar negeri, dia dipilih oleh pemerintah untuk mengisahkan bagaimana rakyat begitu bersemangat mendukung kemerdekaan dan mematahkan propaganda dusta (hoax) Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintahan Soekarno-Hatta tidak didukung oleh rakyatnya. Dari sanalah julukan Surabaya Sue (penggugat dari Surabaya) disematkan pada diri seorang K'tut Tantri.

Loyalitas cinta tak berkarat pada diri sang K'tut Tantri menjadikan dia dipilih pergi ke Singapura dan Australia guna melakukan kampanye menggalang solidaritas Internasional. Tanpa visa dan paspor hanya dengan kapal tua yang dinahkodai seorang Inggris yang frustrasi, K'tut Tantri berhasil lolos dari blokade kapal Belanda. Dari Singapura dia melanjutkan perjalanannya ke Australia untuk menggalang Dana, melakukan propaganda agar rakyat Australia memboikot Belanda di Australia. Selama di sana dia berhasil menggalang demonstrasi mahasiswa di perwakilan pemerintahan Belanda di Australia.

Sosok K'tut Tantri, sang pejuang-pengembara universalis dari tanah seberang jauh dari bumi pertiwi Indonesia, setidak-tidaknya menjadi inspirasi bagi kita anak bangsa. Betapa tidak, totalitas sisa hidupnya rela ditumpahkan dalam pertaruhan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang bukan bagian dari tanah tumpah darahnya. Visi tentang hidup dalam kehidupan manusia seumumnya memancarkan pandangan dan sikap hidup universal, melintas dan menembus batas sekat suku, agama, ras, dan antar golongan di kala berhadapan dengan kenyataan terjadinya penindasan, penghisapan antar sesama manusia yang harus diluluhlanttakkan dari muka bumi. Sebab, nyata bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan, betapa kemerdekaan adalah hak segala bangsa seiring dengan bahwa setiap manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dalam kondisi yang sama. Sama-sama sebagai hamba Tuhan dengan segala hak dan kewajibannya dalam menjalani hidup di muka bumi.

Akankah kita sebagai anak bangsa berbumi pertiwi Indonesia_Nusantara ini, justru menyia-nyiakan sebuah kemerdekan yang telah tergenggam sebagai hasil perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita yang dirahmati dan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa, berpelataran Bhinneka Tunggal Ika? Kita tinggal menjaga dan memelihara bagaimanakah cara dalam mempertahankan arti kemerdekaan yang memancarkan hidup berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia_Nusantara. Itu saja, sederhana saja ...

Oleh karenanya, sisihkan perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan. Jadikanlah semua itu sebagai ragam khasanah menuju persatuan Indonesaia_Nusantara bernilaikan kebersamaan dalam perbedaan, bukan memperuncing perselisihan yang rentan pada keretakan dan perpecahan.

Seorang perempuan yang pada akhirnya ditahbiskan bernama K'tut Tantri, datang jauh dari negeri seberang merelakan segenap jiwa raganya, bertaruh dan terlibat dalam pertarungan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dimana Indonesia_Nusantara yang bukan sebagai tanah tumpah darahnya, lantas bagaimanakah seharusnya kita yang terlahir, hidup dan dibesarkan dari bumi pertiwi Indonesia_Nusantara ini? Lebih-lebih saat kita sedang memasuki "Tahun Politik".

Mengutip apa yang pernah disampaikan oleh sang Proklamator RI, Soekarno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." Mari direnungkan makna pesan visioner ke depan beliau untuk saat ini dan nanti, ketika "Tahun Politik" dan "Krisis Global" yang menggejala, mulai terasa nuansa dan aromanya. Sanggupkah kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun