Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Paradoks

30 Juni 2023   17:04 Diperbarui: 3 Juli 2023   10:48 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hentikan saja, meruncingnya kisah di rumah kita
Lantaran sudut pandang, cara, dan tafsiran yang beda
Bila kata perdamaian telah menjadi kamus hidup untuk dijalankan
Usahlah berpura-pura, usahlah melebihkan rasa
Berjumawa menusuk batas antara pribadi dan Sang Pencipta
Di kala sama-sama dalam pencarian akan kemanakah kita pada akhirnya

Mengapa berbaku hantam hanya sebatas kulit?

Laksana hendak makan buah pisang
Kupas kulitnya, dapatkan isinya
Makanlah, selesai ...

Masihkah mempersoalkan kulit pisang
Manakala telah dimakan dan dirasakan manis sepatnya?
Apalagi sama-sama telah merasakannya ...

Kulit pisang layak dibuang pada tempatnya
Sebab isi telah didapatkan, dimakan dan dirasakan
Mengapa harus dipungut lagi untuk diperbincangkan tiada henti?

Begitu halnya pada diri yang mempribadi kepada Sang Pencipta
Raihlah prinsip sari patinya, bukan kulitnya
Bila memang perdamaian adalah kamus hidup untuk dijalankan, nyata untuk diwujudkan ...

Dan, kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari para rasul-Nya
Merekapun menjawab, kami memahami dan kami mentaatinya
Apalagi yang hendak diperuncingkan?

Bila hendak makan buah pisang
Yang dituju dan dirasakan
Kulit, ataukah isinya?

*****

Kota Malang, di penghujung Juni, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.   

 
  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun