Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belajar Merdeka?

13 Mei 2023   04:06 Diperbarui: 13 Mei 2023   15:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: freepik.com

Kita memang masih butuh banyak belajar, butuh banyak jam terbang 
Dalam memaknai kata "merdeka", esensi-substansi, tanpa harus bertele-tele
Bahasa kita menyatakan merdeka itu bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebangsanya
Bila sudah demikian, lantas, mau apa lagikah?

"Pendidikan adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa"
Praktik fakta realitanya? Harmoniskah? Seiring sejalankah dengan tujuan dan kewajiban negara?
Apakah formalitas itu akan menjawab bahwa pendidikan adalah tanggung jawab negara, pendidikan adalah hak bagi warga negara yang merdeka?
Menjawabkah?
Bila memang belajar itu merdeka, mengapa harus bayar mahal segala?
Dimanakah letak antara hak dan kewajiban?
"Jangan bertanya apa yang diberikan negara untukmu, namun bertanyalah apa yang telah kau sumbangkan bagi negaramu"
Itu sesat bin gombal, tak masuk diakal dan tak masuk dinalar! Indoktrinasi akrobatik!

Mungkinkah kita yang termarginalkan akan merdeka menjadi dokter
Sementara, kita adalah anak dari buruh, kuli, ataupun pedagang kaki lima?
Mungkinkah?

Andai saja sang Ki Hajar Dewantara masih hidup saat ini
Pasti menangis sedih menyaksikan kenyataan nasib bangsa dan negerinya
Sebab, semboyan ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
Yang telah dicanangkannya, telah tenggelam di kubangan lumpur kelam
Membisu di tengah-tengah gegap gempita, sorak sorai, nyanyian, dan tarian kapitalisme
Menggerus, bahwa pendidikan adalah jantung kebudayaan dengan segala aspek yang terlingkup di dalamnya, dan merdeka
Hanyalah isapan jempol belaka ...

Mentari pun mulai redup pancarkan sinarnya, dan rembulan enggan pantulkan cahanya
Kepada bumi pertiwi menuju lonceng kematian dan kegelapan
Habis gelap, kembali gelaplah ... 

*****

Kota Malang, Mei di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun