Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangkitlah dari Mimpi!

3 Mei 2023   07:13 Diperbarui: 3 Mei 2023   19:04 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertuang memang dalam kisah yang menyejarah
Bagai sejarah yang tak boleh dilupakan
Pesan kesan indah sebagai pelajaran, namun hanya seolah
Oh, ya, benarkah?

Silakan saja dicerna dengan jujur tanpa bersyak wasangka
Karena, bila sekiranya jiwa terdalam berucap tidak, mengapa mulut bertutur iya?
Tak usahlah, tak perlulah


Satunya pikiran, ucapan dan tindakan seharusnya ditegakkan
Kokoh berdiri!
Tak lekang karena panas
Tak rapuh karena hujan
Tak layu sebelum berkembang

Tentang Kartini yang konon pionir emansipasi
Tentang mencerdaskan kehidupan anak negeri
Tentang bangkitnya kesadaran, melepas belenggu kebiri
Tentang kemerdekaan tanpa penindasan di muka bumi
Yang selalu diperingati dalam selebrasi-selebrasi tiada henti
Setiap tahun silih berganti ...

Seolah semua adalah bagian dari sejarah
Yang sungguh benar terjadi
Diamini diperingati bagi segenap anak negeri
Berasa tumbuh menjadi bangsa negeri yang mandiri
Menjadi tuan di negeri sendiri ... 

Lalu, apa sesunguhnya yang terjadi hingga saat ini, detik ini?
Mewujudkah apa yang telah dicanangtonggakkan sebagai cita ideal
Di setiap relung sendi kehidupan seantero negeri?

Nampaknya hanya mitos dalam sejarah yang menyejarah
Tak pernah terbukti dan teruji, hanya jadi mimpi tak terbeli 
Laksana hujan menyirami bumi
Tumbuhkan tanaman kering dan hampir mati
Bangkitkan budaya yang tertidur, bahkan telah mati
Yang masih pada batas angan dan impian bagi anak negeri
Dalam balutan selebrasi-selebrasi, orasi-orasi mentradisi

Sementara, ibu pertiwi sedang bersusah hati ...   

*****

Kota Malang, Mei di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun