Tertuang memang dalam kisah yang menyejarah
Bagai sejarah yang tak boleh dilupakan
Pesan kesan indah sebagai pelajaran, namun hanya seolah
Oh, ya, benarkah?
Silakan saja dicerna dengan jujur tanpa bersyak wasangka
Karena, bila sekiranya jiwa terdalam berucap tidak, mengapa mulut bertutur iya?
Tak usahlah, tak perlulah
Satunya pikiran, ucapan dan tindakan seharusnya ditegakkan
Kokoh berdiri!
Tak lekang karena panas
Tak rapuh karena hujan
Tak layu sebelum berkembang
Tentang Kartini yang konon pionir emansipasi
Tentang mencerdaskan kehidupan anak negeri
Tentang bangkitnya kesadaran, melepas belenggu kebiri
Tentang kemerdekaan tanpa penindasan di muka bumi
Yang selalu diperingati dalam selebrasi-selebrasi tiada henti
Setiap tahun silih berganti ...
Seolah semua adalah bagian dari sejarah
Yang sungguh benar terjadi
Diamini diperingati bagi segenap anak negeri
Berasa tumbuh menjadi bangsa negeri yang mandiri
Menjadi tuan di negeri sendiri ...Â
Lalu, apa sesunguhnya yang terjadi hingga saat ini, detik ini?
Mewujudkah apa yang telah dicanangtonggakkan sebagai cita ideal
Di setiap relung sendi kehidupan seantero negeri?
Nampaknya hanya mitos dalam sejarah yang menyejarah
Tak pernah terbukti dan teruji, hanya jadi mimpi tak terbeliÂ
Laksana hujan menyirami bumi
Tumbuhkan tanaman kering dan hampir mati
Bangkitkan budaya yang tertidur, bahkan telah mati
Yang masih pada batas angan dan impian bagi anak negeri
Dalam balutan selebrasi-selebrasi, orasi-orasi mentradisi
Sementara, ibu pertiwi sedang bersusah hati ... Â Â
*****
Kota Malang, Mei di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Tiga. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H