Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebongkah Karang di Lautan

26 April 2023   03:33 Diperbarui: 26 April 2023   17:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiada kata sulit bila telah terbiasa dililit
Ditempa oleh pelbagai persoalan
Apakah itu kecil, sedang, maupun besar
Karena semuanya adalah tantangan kehidupan
Yang wajib dijawab sebab kita masih punya cita, arah, dan tujuan

Bisikan syahdu merayu mendayu-dayu laksana pemadu cinta mengajak berbulan madu
Tepiskan saja!
Karena begitulah sang tipu palsu mengusik dan  menggangu
Sang Nabi tak secuilpun karena harta, tahta, kuasa dan wanita di setiap langkah juangnya
Mengapa tidak pada pada diri kita?
Bila memang mau dan teguh mengikuti setiap tapak langkahnya sebagaimana dalam sejarah

Lihatlah sebongkah karang di lautan!
Yang tak pernah bergeming meskipun riak gelombang badai bertubi-tubi menghujam menghantam
Apakah tak seperti itu pulakah atas diri kita?
Jikalau memang masih punya cita, arah, tujuan, dan semangat untuk menggapainya

Ajek tak berubah pada prinsip adalah wajib
Hipokrisi serba kepura-puraan adalah haram

Itulah makna sesungguhnya sebuah perjuangan
Menuju tatanan hidup seimbang universal
Yang telah diajarkan oleh Sang Nabi dari Tuhan semesta alam
Bukan lantaran tergiur oleh kekuasaan bergelimangkan harta dan kitaran wanita berjubahkan nafsu liar peruntuh nalar
Bukan!

Sanjungan, penyematan lencana dan tanda penghormatan palsu yang merayu
Abaikan dan tanggalkan!
Karena itu  bukanlah bagian dari cita, arah, dan tujuan yang sesungguhnya hendak kita harapkan ...

*****

Kota Malang, April di hari kedua puluh tujuh, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.     

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun