Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bincang Politik ala Jhon-Paneri

13 April 2023   23:44 Diperbarui: 15 April 2023   20:54 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih atas peringatannya, kawan. Ditasbihkannya tahun politik saat ini, adalah karena pada 2024 yang tak lama lagi, negeri kita ini akan menggelar perhelatan  yang disebut dengan Pemilihan Umum atau Pemilu. Itu kan pada intinya? Namun, kita sebagai warga negara, pernahkah terlintas dalam benak kita ini untuk bertanya guna memperoleh jawaban objektif ilmiah, bahwa apa sebenarnya hakikat Pemilu, arah dan tujuan dari Pemilu itu sendiri di negeri ini? Sederhana saja, koq pertanyaan dan jawaban yang harus dikemukakan. Gak usah ndakik-ndakik apalagi njelimet segala." kata si Jhon, bicara menyinggung soal politik dan Pemilu 2024 dalam kaitannya dengan terminologi tahun politik itu. 

"Menurut sampeyan bagaimana, Jhon?" tanya Si Paneri secara serius. 

"Pemilu di negeri ini, pada prinsipnya adalah bertujuan memilih wakil rakyat untuk duduk di dalam lembaga permusyawaratan rakyat/perwakilan rakyat, membetuk pemerintahan, melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan, dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Dan, cita-cita terbangunnya NKRI adalah menuju masyarakat bangsa dalam negara berwujudkan keadilan dan sejahtera, tanpa kecuali. Dengan kata lain, bagaimana mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah muara akhirnya. Namun, apa yang terjadi pada fakta realitanya? Sejak Pemilu di gelar kali pertama pada 1955 hingga kali terakhir pada 2019, sudahkah bangsa negeri ini mencapai tujuannya dari hasil diselenggarakannya Pemilu itu? Yakni, masyarakat bangsa yang adil sejahtera sesuai dengan sumber daya alam yang dimiliki sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Sudah tercapaikah semua itu?" kupas si Jhon dengan seksama.

Sementara, Si Paneri berupaya menyimak, mencerna dengan seksama pula sebagai masukan dan pengetahuan bagi dirinya agar tak selamanya bersetempelkan "awam" sebagai bagian dari warga negara suatu bangsa dalam wadah NKRI. Tidak ada salahnya, toch, meskipun hanya seorang tukang, buruh bangunan, atau pekerja harian lepas, memiiki wawasan keilmuan tentang kehidupan berbangsa bernegara yang ideal sebagaimana yang termaktub di dalam Preambule UUD 1945.

Si Paneri pun berusaha dengan segenap kemampuan olah pikirnya, mencoba menyambungkan memori pikirannya pada mata pelajaran PPKN saat duduk di bangku SMK dulu. Bahwa tujuan NKRI adalah:

  •  Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah  Indonesia
  • Memajukan kesejahteraan umum
  • Mencerdaskan kehidupan bangsa
  • Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Mestinya begitu idealnya wujud bangunan NKRI yang harus dicapai. Begitu pula halnya manakala menyoal hasil Pemilu terhadap arah tujuan yang hendak dicapai, yang simpelnya adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, wajib sebagai muara capaiannya. Namun, fakta realitanya? 

"Jauh panggang dari api," celetuk Si Jhon yang sedari tadi memperhatikan bagaimana Si Paneri terdiam sambil menghisap rokok kreteknya dalam-dalam, dan sesekali menyeruput kopi kental manis-pahit kesukaannya yang selalu bersanding di setiap kali bercengkerama, berjagongan dengan Si Jhon, kawan tetangga karibnya itu. 

"Ya, jauh panggang dari api ..." ucap Si Paneri yang agak tersentak dari perenungannya sejenak, jeda di tengah-tengah sedang njagong dengan Si Jhon yang baru disadarinya setelah terdengar ucap kata si Jhon, "jauh panggang dari api" itu. Seolah-olah, Si Jhon telah membaca apa yang sedang dipikirkan Si Paneri. 

"Santai saja, kawan ... rileks saja, kawan ... Bukankah, segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya? Masih ingat, kan?  Gak usah terlalu terbawa, dan merasa dicekam dengan istilah tahun politik, kawan. Yang mau berpolitik praktis, ya silakan saja. Yang jelas, kita ini bukan teroris, koq? Apalagi hendak mempecundangi kelangsungan kehidupan bangsa dan negeri ini ..." kata Si Jhon mengakhiri jagongannya dengan Si Paneri. Sebab,  waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 WIB. Saatnya rehat. Semoga  masih ada hari esok bagi Si Jhon dan Si Paneri untuk berjagongan kembali seperti biasanya ... 

Sekian, dan terima kasih. Salam Seimbang Universal Indonesia_Nusantara ...

Kota Malang, April di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun