Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bayang-Bayang Perang Nuklir

2 Januari 2023   03:37 Diperbarui: 2 Januari 2023   09:37 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertempuran besar antara dua kubu pasukan atau lebih, itulah konotasi sebuah perang, perang, dan perang ...

Mungkin di antara kita belum pernah mengalami dan merasakan, apalagi dampak dan akibat yang ditimbulkannya, perang konvesional maupun perang modern ataupun ultra modern, sebut saja perang nuklir. Suatu perang yang diperkirakan sebagai Perang Dunia 3 yang bakal terjadi dalam torehan sejarah masa depan, dari siklus sejarah masa lalu. Yakni, kesinambungan dari Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2, sebagai suatu keniscayaan, manakala gelagat dan isyarat yang mulai terasa mengusik alam pikiran manusia saat ini, berbingkai was-was dan kekhawatiran yang benar-benar bisa saja terjadi dan terjadilah.

Jikalau memang mewujud sebagai kejadian yang sungguh benar terjadi dan dihadapi, maka apa yang semustinya kita lakukan? Bagaimana pula kita menyikapinya?

Pelajaran sejarah bagi umat manusia seperti halnya pada Perang Dunia 2 yang berakhir dengan dijatuhkannya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1942, adalah realitas sejarah yang tak terbantahkan, utamanya bagi bangsa Jepang yang kala itu sebagai bagian dari kubu Blok Poros berhadap-hadapan dengan kubu Blok Sekutu. Dalam artian, Jepanglah yang bisa merasakan dampak akibat perang Dunia 2, begitu negerinya dijatuhi Bom Atom oleh Amerika sebagai Bom Nuklir berdaya ledak lebih kecil, jauh di bawah kemampuan daya ledak nuklir yang dirancang bangun dan yang diproyeksikan oleh negara dan bangsa produsen nuklir di abad milenium kali ini. Sebut saja, nuklir Hypersonic ala Rusia.

Nah, perang Rusia-Ukraina yang masih dan tengah berlangsung, yang belum ada tanda gejala kapan bakal berakhir, bahkan warta terkini mengisyaratkan bahwa tawaran upaya gencatan senjata oleh Ukraina bagi Rusia yang direpresentasikan oleh sosok Vladimirovich Putin, belum bisa diterima, dan tak begitu tertarik bagi Rusia manakala disinggung tentang gencatan senjata.

Oleh karenanya, apakah perang Rusia-Ukraina itu adalah sebagai titik picu menuju Perang Dunia 3 bila memang Rusia benar-benar tak ada secuilpun keinginan untuk berkesudahan? Dan, krisis pangan dan energi Dunia yang terasa menggejala dan berkcenderungan menuju puncak, apakah sungguh benar sebagai imbas, dampak dari akibat yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina? Setidak-tidaknya, perang dagang (ekonomi) yang telah berlalu di abad milenilum ini, yang dimenangkan oleh kubu RRC dan Rusia dan nyata telah bersekutu, boleh jadi adalah penghantar menuju Perang Dunia 3 dengan prolog invasi Rusia atas Ukraina, yang sama-sama eks bagian dari Uni Soviet, seteru dari Amerika Serikat dengan sekutunya, NATO.

Para pakar Dunia pun sempat myatakan prakiraannya, bahwa memasuki 2023, dunia akan menjadi serba gelap gulita multidimensional. Isyarat pulakah ini sebagai gejala dibukanya gerbang menuju Perang Dunia 3, Perang Nuklir yang pasti akan lebih dahsyat dan mengerikan daripada Perang Dunia 2, dampak dari akibat yang ditimbulkannya?

Dalam bayang-bayang Perang Nuklir yang boleh jadi bakal sungguh benar terjadi, negeri ini yang berada di pusaran terluar diledakannya nuklir di AS maupun Eropa, negeri ini yang berada di khatulistiwa, akan mendera musim dingin yang begitu lama, turunnya suhu drastis kisaran minus 20 hingga minus 30 derajat, apakah rakyat negeri ini telah siap menghadapinya? Sebab, begitu ledakan nuklir terjadi, turunnya suhu yang drastis, kita sangat membutuhkan pemanas di dalam ruangan. Bila tak terpenuhi, darah bakal membeku dengan cepat, yang berarti akan mempermudah dan memperlancar sebuah kematian massal ...

Sudah siapkah kita, dan apa yang perlu disiapkan sebagai hal yang paling penting serta mendesak dalam menghadapinya?

Pilihan terhadap pusat listrik tenaga surya yang tersebar di setiap desa, kampung, kompleks dengan prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan, adalah jawaban dalam menghadapi Perang Nuklir yang telah di pelupuk mata. Antitesis, membangun kembali kehidupan, seperti di era kehidupan pada 1970-1980, yakni listrik bergiliran, tanpa teknologi, dan tanpa internet, harus dipersiapkan, disegerakan sebagai suatu gerakan masif ...

Baca juga: Perang dan Perang

Bersiap-siaplah menghadapi Perang Nuklir yang bakal sungguh benar terjadi! Salam seimbang Indonesia_Nusantara ...

*****

Kota Malang, Januari di hari kedua, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun