Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anekdot Kekinian

27 November 2022   02:10 Diperbarui: 27 November 2022   02:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang pintar di abad ini?
Banyak, bahkan segudang bila dikumpulkan sedunia
Atau  di negeri ini saja!

Orang mengerti?
Hanya segelintir, itu pastinya!
Apalagi di negeri ini ...

Karena kata mengerti itu
Kesadaran maknanya, adalah telah menangkap, memahami, tahu dan bukan sok tahu
Atas apa yang dimaksud oleh sesuatu
Dan, sesuatu itu berupa ilmu pengetahuan yang didukung oleh data dan fakta
Bukan hanya narasi-narasi yang sarat dengan retorika belaka!

Sementara, kata pintar?
Adalah tentang pandai, cakap, cerdik, mahir
Dalam hal apa?
Apa hanya bernarasi dan beretorika belaka?
Tanpa ditopang oleh data dan fakta dalam pembuktiannya?


Ya, itulah ahli teori dan ahli kitab!
Yang ini, banyak dan segudang!
Yang berlindung di balik jubah gelar, posisi dan jabatan ...
Apalagi, sederet jubah gelar akademik telah menempelnya
Yang dimainkan di podium dan mimbar
Tak pernah secuilpun berkiprah di ranah uji lapang
Karena orientasinya adalah bayaran, bayaran dan bayaran ...

Jauh panggang dari api, dorongan membangun sosial budaya dan peradaban
Di ranah kemanusiaan menurut ajaran Tuhan
Yang wajib ditegakkan dalam prinsip keseimbangan ...

Begitukah, atau bukan begitu?

Matahari, rembulan dan bintang kemintang hanya tersenyum
Menyaksikan ulah dan kiprah orang pintar di negeri ini ...

*****

Kota Malang, November di hari kedua puluh tujuh, Dua Ribu Dua Puluh Dua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun