Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mitigasi Perang Nuklir Harus Segera Dilakukan

8 November 2022   12:07 Diperbarui: 5 Januari 2023   00:41 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Pembaca yang budiman, sebangsa dan setanah air. Salam Seimbang, Indonesia_Nusantara ...

Sebagaimana yang telah kami sampaikan di artikel kami sebelumnya sebagai seruan dan peringatan, bahwa dunia saat ini berada di tepi jurang kehancuran yang mengerikan. Perang Dunia 3 sudah dimulai dan ancaman Perang Nuklir sudah didepan mata . Kondisi tersebut akan diperparah dengan berbagai bencana alam yang sangat dahsyat, seperti gempa-gempa raksasa yang disertai Tsunami, meletusnya gunung-gunung berapi, banjir besar, kelaparan, wabah penyakit, dan berbagai bencana-bencana lain. Bencana-bencana tersebut akan meluluhlantakkan sebagian besar kota-kota di muka bumi, membunuh milyaran manusia, dan menghancurkan sebagian besar perangkat teknologi yang ada sehingga akan menjungkir balik peradaban maju saat ini kembali menjadi terbelakang. 

Patutlah disadari, bahwa kehancuran yang akan terjadi tidak bisa di hindarkan karena kerusakan di Bumi saat ini sudah semakin parah, begitu pula dengan keseimbangan tatanan Dunia. Dan, kehancuran yang terjadi sebenarnya adalah bagian dari proses pemulihan keseimbangan. Tahun-tahun ke depan kita akan berhadapan dengan masa-masa yang sulit, kondisi-kondisi yang sangat berat dan mencekam. Kekayaan-kekayaan dan jabatan yang selama ini dibangga-banggakan, semua itu tak akan ada artinya. Keluarga maupun sahabat juga tak akan bisa membantu dan melindungi. 

Semua akan sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Oleh karena itu, pemerintah dan segenap komponen bangsa seharusnya sadar atas apa yang akan terjadi, dan segera melakukan persiapan, upaya-upaya mitigasi untuk meminimalisir risiko dari Perang Dunia 3 maupun bencana-bencana besar lainnya. Pemerintah tak perlu menguras anggaran atau menambah beban utang negara yang sudah menggunung untuk memborong alusista yang canggih dan mahal sebagai bekal dalam menghadapi Perang Duni 3. Sebab, berapapun kemampuan kita membeli pesawat-pesawat canggih, kapal-kapal canggih, dan lain-lain, tidak akan mampu mengimbangi kekuatan militer China ataupun un Sekutu. Ingat, Perang Dunia 3 adalah Perang Nuklir! Amerika punya  ribuan Nuklir, dan China menempati urutan ke-3 negara dengan jumlah Nuklir terbanyak di Dunia. Jadi, tidak ada gunanya bila kita lawan mereka, karena semakin keras kita menghadang mereka, semakin babak belur kita dibuatnya. 

Ingatlah kita apa yang terjadi di Ukraina, sekeras apa dia menghadang Rusia? Semakin hancur negaranya. Biarkan mereka berperang, perang antara negara-negara yang serakah. Ini bukan perang kita! Kalaupun pada saatnya mereka memaksa invasi ke negara kita, kita tak perlu menghadang penuh dan berdarah-darah, toch, perang tidak akan berlangsung lama. Saat mereka sudah babak belur,  meraka akan hengkang juga dari negeri ini. 

Perlu diingat, bahwa musibah-musibah besar dunia adalah bagian dari rancangan yang sangat dahsyat, mekanisme perbaikan sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Ketika manusia merusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan, menciptakan ketimpangan atau kesenjangan maka semuanya akan berujung pada bencana atau kehancuran. Saat itulah mekanisme pemulihan sistem keseimbangan sedang berjalan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial maupun sistem keseimbangan-keseimbangan lainnya. 

Jadi, dalam rangka Mitigasi Perang Dunia 3 dan bencana-bencana besar lainnya, satu-satunya jalan adalah menata kembali pengelolaan negara dengan berpijak pada prinsip-prinsip keseimbangan. Dan, perbaikan sistem keseimbangan secara menyeluruh merupakan implementasi Taubat Nasional kepada Sang Maha Pencipta. Perbaikan dari berbagai kebijakan negara yang selama ini telah menimbulkan kerusakan keseimbangan alam secara masif, menciptakan ketimpangan atau kesenjangan sosial ekonomi yang sangat dalam, dan berbagai bentuk ketimpangan-ketimpangan lainnya. Ketahuilah, bahwa implementasi sistem keseimbangan akan menciptakan kemandirian dan ketahanan dalam keseluruhan aspek. Baik ketahanan lingkungan, sosial ekonomi, kemandirian ketahanan pangan, serta ketahanan pada aspek-aspek lainnya. Inilah bekal utama dalam menghadapi bencana besar yang  menghadang di depan. 

Mari kita perhatikan negeri ini, negeri yang yang dikaruniai kekayaan SDA  yang luar biasa, negeri kepulauan di Katulistiwa dengan intensitas penyinaran Matahari yang cukup, serta curah hujan yang tinggi sehingga dikenal sebagai negara agraris. Dengan karunia Tuhan yang luar biasa tersebut, seharusnya bangsa ini mampu untuk mandiri, berswasembada, bahkan menjadi eksportir produk-produk pertanian. Namun faktanya, hampir sebagian besar komoditi pangan kita masih diimpor dari negara-negara lain. Indonesia adalah termasuk negara pengimpor beras terbesar di dunia. Selain beras kita juga mengimpor gula, kedelai, gandum bawang putih, daging sapi. Bahkan, Negeri yang memiliki garis pantai yang sangat panjang, jutaan ton garam mengapa harus impor dari luar negeri? Sungguh sangat memprihatinkan! Ada kesalahan yang sangat fatal dalam pengelolaan negeri ini. Yang sangat miris di dekade akhir-akhir ini, bahwa Indonesia_Nusantara sebagai Negeri pengekspor Batubara dan Minyak Sawit terbesar di Dunia, namun mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya ..?! Ini menunjukkan bahwa Iblis Kapitalisme sangat berkuasa di negeri ini.

Bagaimana kita mampu melewati tahun-tahun yang berat ke depan dalam kondisi Bangsa yang rapuh dan lemah? Yang patut disadari, bahwa pangan adalah sektor ekonomi yang paling mendasar. Setiap perang maupun bencana-bencana besar lainnya akan berimbas pada krisis pangan yang hebat. Ini akan terjadi di sebagian besar negara-negara di Dunia, akan tejadi bencana kelaparan yang hebat di muka Bumi. Akan kemana kita mencari bantuan, jika masing-masing negara mengalami krisis pangan? Kalau Pemerintah kita ini cerdas, mereka seharusnya menghentikan proyek raksasa yang menghabiskan anggaran besar. Seperti pembangunan infrastruktur di kota-kota besar dengan jalan yang sudah bertingkat-tingkat.

Perlu diketahui, perang akan menargetkan penguasaan kota-kota besar, dan di situlah akan terjadi konflik yang berdarah-darah. Dan, kota-kota besar itu akan luluh lantak diterjang oleh mesin-mesin perang. Pada saat itulah setiap negara dituntut mandiri dalam penanganan gawat darurat serta penyediaan obat-obatan. Karena bencana akan banyak mengakibatkan jutaan manusia cedera dan rawan terhadap wabah penyakit. 

Baca juga: Renungan Hari Ini

Kita juga perlu menjaga hutan-hutan kita, karena ke depan akan semakin langka ketersediaan udara bersih maupun air bersih. Ini yang sangat mendesak untuk dipersiapkan, meskipun kemandirian-kemandirian yang lain secara bertahap juga harus dipersiapkan. Dengan kata lain,  diperlukan pemerataan pembangunan. Anggaran pembangunan di perkotaan harus dialihkan untuk pembangunan di pelosok-pelosok daerah, khususnya di luar Jawa. 

Membangun infrastruktur pertanian, pembangunan lokasi sumber-sumber air, pembangunan Dam dan Irigasi, serta cetak lahan pertanian secara masif. Program Transmigrasi harus kembali digalakkan karena dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) dalam jumlah besar untuk menggarap lahan-lahan pertanian yang sudah dipersiapkan. Di sisi yang lain, Pemerintah harus melakukan restrukturisasi organisasi pemerintahan, Birokrasi harus efektif dan efisien, kinerja pegawai harus profesional, Lembaga-lembaga yang tidak produktif dan tidak jelas fungsinya harus ditutup. Perampingan besar-besaran harus dilakukan, ribuan bahkan jutaan pegawai pemerintah harus siap dialihfungsikan untuk menjadi pelaku-pelaku usaha yang produktif di sektor pertanian, meskipun harus dibekali pelatihan yang serius. Demikian pula anggota TNI yang sedang tidak berperang, bisa diarahkan untuk terjun ke sesktor pertanian yang produktif, membangun pertahanan pangan.

Oleh karenanya, semua sumber daya harus dikerahkan untuk persiapan mitigasi besar-besaran. Dibutuhkan pendanaan besar dan kebersamaan, perlu pemangkasan gaji dan tunjangan pejabat pemerintahan. Pendapatan harus berbasis kinerja dan produktivitas, bukan atas dasar posisi atau jabatan seseorang. Perlu kontribusi maksimal pengusaha besar dan menengah serta orang-orang kaya yang selama ini telah banyak menikmati hasil kekayaan Negeri ini. Bila mereka tidak mau kooperatif, asset harus disita dan dikelola untuk kepentingan negara. Intinya, semua komponen dan aspek harus diseimbangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan.

Lantas, apa yang harus kita lakukan sebagai pribadi-pribadi dan warga masyarakat? Sadarilah, bahwa Tuhan dengan susah payah telah menciptakan Alam Semesa beserta isinya dengan keteraturan dan keseimbangan yang sempurna. Disadari atau tidak, bahwa selama ini kita telah mendurhakai Allah, tidak mensyukuri karunia-Nya, banyak aktivitas kita selama ini telah merusak sistem keseimbangan ciptaan Allah. Apakah itu keseimbangan alam, keseimbangan sosial, termasuk sistem keseimbangan yang ada di dalam tubuh biologis kita sendiri. Meskipun setiap waktu kita Sembahyang, Sholat, berdoa memuja dan memuji Tuhan, namun setiap hari pula apa yang kita lakukan sedikit banyak telah berkontribusi dalam merusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Dan, selama ini pula kita telah menjadi bagian dari sistem Syaitan, sistem kapitalis yang merusak keseimbangan, sistem yang hanya membikin kehancuran.

Atas kesalahan-kesalahan tersebut bermohon ampunlah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan setulus-tulusnya dan bertaubatlah dengan sebenar-benar taubat. Dan, janji Allah akan melindungi dan menyelamatkan mereka yang bertaubat. Kalaupun mereka meninggal dalam proses taubat, kelak Tuhan akan memberikan ruang yang ideal, Surga di akhirat.

Ketahuilah, taubat yang utama adalah melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, berjuang mengerahkan segenap kemampuan untuk membangun, memperbaiki dan menjaga Sistem Keseimbangan. Dimulai dari memperbaiki keseimbangan diri, keseimbangan keluarga, berjuang membangun sistem keseimbangan sosial, memperbaiki dan menjaga keseimbangan alam di sekitar kita, dan berjihad membangun tatanan negara serta Dunia yang seimbang. Inilah esensi taubat yang benar, yakni menjadi bagian dari Sistem Keseimbangan Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada ibadah yang utama, selain membangun dan menjaga sistem keseimbangan menurut Allah. Dan amal ibadah kita tidak akan berarti bila kita mengabaikan sistem keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan.

Dengan demikian, bagi mereka yang sadar akan kesalahan dan berniat melakukan Taubat yang benar, segeralah merapatkan diri menghimpun diri untuk bersama-sama berjuang membangun "Tatanan Kehidupan Seimbang". Membangun keseimbangan adalah bagian utama dari langkah-langkah mitigasi yang nyata sesuai petunjuk ajaran Tuhan dalam menghadapi Bencana Besar yang menghadang di depan. Di mulai dari pribadi-pribadi dan keluarga untuk hidup seimbang, selanjutnya menghimpun diri bersama orang-orang yang peduli keseimbangan. Membangun komunitas seimbang di lokasi yang masih relatif terjaga keseimbangannya, yakni lokasi-lokasi pedalaman yang masih alami dengan keberadaan hutan-hutan di sekitarnya, dan bukan daerah yang rawan bencana, bukan lokasi yang rawan Gempa dan Tsunami, bukanlah di areal sekitar gunung-gunung berapi , serta bukan kawasan yang rawan banjir dan longsor.

Dimulai dari skala terkecil, lingkup kampung, sebuah proyek percontohan Kampung Seimbang, Kampung Profesional yang mandiri, Kampung yang memiliki Ketahanan Pangan, Ketahanan Sosial Ekonomi dan Ketahanan-Ketahanan yang lain. Kemudian, dari lingkup Kampung akan berkembang menjadi Desa Seimbang, Kota Seimbang. Inilah sebuah Bahtera Kehidupan yang akan mampu menyelamatkan orang-orang di dalamnya dari berbagai Bencana Dahsyat. Dan, ketika Bencana Besar sudah mereda, kampung yang sudah berkembang menjadi Kota Seimbang, akan terus berkembang dan akan memproklamasikan diri menjadi Tatanan Negara Seimbang. Bahkan, berkembang menjadi Tatanan Dunia yang Seimbang.

Salam Seimbang sebagai Bangsa Indonesia_Nusantara ...

Semoga!

*****

Kota Malang, November di hari kedelapan, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun