"Kang Gondrong yang unggul, Kang Mamad. Unggul 5-4, saya wajib menerima kekalahan, dan mengakui keunggulan lawan dalam duel meet catur ini, ha ha ha ..." sahut Kang Gundul dengan senda gurau pula mengimbangi kelakar Kang Gondrong.
"Itulah jiwa sportif!" kata Kang Pa'i yang tiba-tiba muncul dari balik Pos Kamling, sambil menenteng morong berisi wedang kopi dan tenong berisi singkong goreng, yang langsung disambut oleh Kang Gobel dan Kang Mamad, diletakkannya setenong singkong goreng dan semorong wedang kopi itu di sudut ruang Pos Kamling.
"Ayo, disantap singkong gorengnya, mumpung masih hangat, juga diseruput wedang kopinya, mumpung masih panas," kata Kang Pa'i.
"Yang sedang tanding catur, break dulu sejenak, biar tak spaneng, seruput kopinya, santap singkong gorengnya ..." kata sang Komandan Supri menimpali.Â
"Ayo, Kang Cahyo, itu mumpung siaran TV nya sedang iklan!" pinta Kang Gobel kepada Kang Cahyo yang sedari tadi asyik menyaksikan  siaran berita terkini di kanal Kompas TV dari  pesawat Televisi yang ada di Pos Kamling.Â
"OK, terima kasih, pas sekali ini dengan sikondnya, usai diguyur hujan, mendapat sajian singkong goreng plus kopi tubruk ala Dampit, ya Kang Pa'i? tanya Kang Cahyo kepada Kang Pa'i.Â
"Betul, Kang. Meski migor harganya naik, bensin naik, harga kopi juga naik, bukan kendala bagi kita untuk bersantap singkong goreng dan menyeruput wedang kopi tubruk ala Dampit, kwk kwk kwk ..." ucap guyon satire Kang Pa'i pecahkan suasana renyah di Pos Kamling yang mulai merambat menuju larut malam, namun tak terhinggapi lengang.
"Waduh, omongan Kang Pa'i semakin malam mulai beraroma politis juga, ya?" seloroh Kang Supri.
"Ya, iyalaah ... Lantas, apa hendak dikata. Kita wong cilik ini, para kawula alit ini, apa yang bisa diperbuat ketika faktanya BBM naik, barang-barang kebutuhan pokok maupun kebutuhan tak pokok juga pasti naik terbang membumbung tinggi. Mau protes? Apa dengan protes akan mampu menurunkan harga yang sudah diketok palu?" jawab Kang Pa'i sedikit serius, namun masih dalam nuansa rileks.
"Betul juga, sampeyan Kang Pa'i. Protes, demo hingga ricuh demonya, toch tak mengubah keadaan, ya? Kita yang bisa bercengkerama ngerasani situasi negeri ini dengan leluasa, bagi saya itu sudah bagus, daripada tak bisa menggerutu sama sekali." timpal Kang Gobel.
"Iya, wong ngomong gak pakai kulak, gak butuh modal saja, koq? Selama yang kita omongkan berdasarkan fakta, bukan yang aneh-aneh, dan sebatas di Pos Kamling ini, antar sesama kawan tim regu jaga ini, gak masalah. Masih jauh dengan wilayah undang-undang IT, kan?" kata Kang Mamad. Sementara, Kang Cahyo masih asyik menyaksikan siaran TV sembari nyeruput wedang kopi yang dituang ke dalam cangkir gelas bening.