Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penaku adalah Nyala Apiku, Tak Gentar pada Pistol dan Senapan Laras Panjangmu

28 Agustus 2022   02:47 Diperbarui: 28 Agustus 2022   03:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak peduli!

Kukatakan kepada Dunia ...

Selamanya, aku tak peduli!

Pada setiap ketimpangan

Merambah di segenap sendi kehidupan

Di Bumi ini dan di Bumi ini

Kugenggam hingga mati

Nilai dan prinsip keseimbangan

Maunya Tuhan Semesta Alam

Ajaran Tuhan Semesta Alam

Bukan ajaran setan, iblis yang menggiurkan

Melancarkan jalannya ketimpangan

Bukan!

Ku tak mau akan bujuk rayu

Merobek kalbu yang 'tlah baku

Atas mau-Mu dan mau-Mu

Yang kusaksikan dari utusan-Mu

Patron teladan kehidupan

Bagi Umat manusia seumumnya ...

Nyatakan, wahai sang tirani!

Penguasa anak negeri

Bila kau masih bernurani

Atas kepedihan mereka

Atas kepahitan mereka

Yang tak secuilpun peroleh afeksi

Dalam kubangan cengkeraman

Bayang-bayang hitam nan kelam

Busung lapar menggelepar

Lautan kemiskinan

Imbas rebutan kekuasaan posisi dan jabatan

Modal yang diharamkan

Amanah pun diabaikan, ditenggelamkan

Oleh nafsu membabi buta 

Bertopeng aulia membungkus angkara

Membalut durjana mengusung tega

Kepada mereka yang terhina

Mungkinkah adil sejahtera bakal tercipta?

Bila kepentingan masih lajukan nafsu

Mengatasnamakan suku

Mengatasnamakan agama

Mengatasnamakan ras 

Dan, membusungkan golongan

Tak mungkin, takkan terjadi!

Kuberseru dalam suara

Selalu dan selalu berlaju menderu

Meski belum mendongkrak seribu nyawa

Menembus menyibak menuju

Pulau emas rantai mutu manikam

Tanda kebenaran nyata 

Tatanan hidup seimbang

Maunya Tuhan Semesta Alam

Sebab aku masih meniti merintis joang

Guratan penaku nan tajam menyayat

Kepada sang laknat penggerus hajat

Hidup dan kehidupan para sang biasa

Tak gentar oleh hadangan dentuman

Pistol dan senjata laras panjang sekalipun

Dan, aku akan terus bereseru dan bersuara

Gaungkan kalam kebajikan dan kebenaran

Ke seantero negeri sepenuh hati

Dalam risalah teruji dan silakan diuji lagi

Jangan coba padamkan

Api nyaliku yang 'tlah membara

Wahai para pewarta dimana kau berada!

Sampaikan kepada mereka

Bila aku masih punya cita tersisa

Pada bangsa negeri ini

Menuju tatanan hidup seimbang

Dalam kedaulatan Ajaran Tuhan Semesta Alam

Takkan kubiarkan ketimpangan hidup

Terus menguhujam mencengkeram

Di atas nasib bangsa negeri ini ...

*****

Kota Malang, Agustus di penghujung bulan, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun