Mengurai kata bernyawa
Menghujam ke arah kehidupan yang mati
Menggugah pikiran melompong
Yang tak peduli pada ngilu sendi jeritan hati
Hanya piara diri sendiri, enggan menoleh kanan kiri
Gila akan reputasi, gengsi dan posisi halalkan segala cara
Tajamnya pena dalam kata bernyawa inilah
Aku menggugah dalam gema suara tak terbata-bata
Bangkitkan kehidupan yang mati!
Ke seluruh anak negeri tanpa kecuali
Dari ujung timur hingga ujung barat
Membentang jalinan di atas kesatuan pikiranÂ
Bahwa ketidakadilan dan keangkaramurkaan harus dienyahkan!
Di bumi tanah merdeka yang tak kenal penghisapan dan penindasan atas sesama
Masih adakah nyalimu wahai para punjangga?
Dengan tajamnya penamu dalam suara yang bernyawa?
Mengikis, meluluhlantakkan para durjana bangsa yang 'tlah mati rasa!
Jangan diam membisu, membuta mata menutup telinga!
Bila kau tahu, lalu tak mau tahu?
Yakinkanlah bila Tuhan masih bersama kita
Selagi rela dengan jiwa raga dan harta yang kita punya
Demi bumi anak negeri tanah merdeka ...Â
Â
Kota Malang, Agustus di hari kesepuluh, Dua Ribu Dua Puluh Dua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI