semestinya tak perlu terjadi
di kala memang 'tlah terpatri menjadi tali jiwa
larut dalam kesedihan tercekam dalam kebimbangan
bukankah inilah yang harus dijalani?
manakala 'tlah tertancap di alam pikiran
setetes demi setetes dari ajaran Tuhan
tentang prinsip dan nilai, tentang pantulan alam semesta
mewujud di setiap sang patron kehidupanÂ
budaya dan peradaman manusia di sepanjang sejarah
ledakkan saja seruan warta gembira penghapus duka di setiap jengkal waktu
mengapa jadi ragu bila itu 'tlah dipahami, 'tlah dimengerti?
lakukan saja meretas jalan membuka ruang di setiap jengkal langkah perjuangan!
bila kesedihan tak ingin berlanjut dan berlarutÂ
bila kemerdekaan adalah laksana pelita yang menyinari dunia dari kegelapan
karena berkat dan rahmat Tuhan semata dalam makna dan wujud sebenar-benarnya
yang bukan hanya pada batas pidato-pidato kenangan, peringatan dan upacara
maka nyatakanlah dalam perjuangan kali ini
bila kita telah merindu dendam, muak dengan kepalsuan
pada pelita kemerdekaan, penyirna kegelapanÂ
perjuangan menuju hidup seimbang dalam tatanan seimbang nan universalÂ
sebagai perwujudan ajaran Tuhan semesta alam ...
merdeka!Â
Kota Malang, Agustus hari pertama, Dua Ribu Dua Puluh Dua. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H