"Kebajikan Mettasik - Maybank Finance"
Ya, saya sepakat dengan suatu adagium atau ungkapan ini, "Perubahan itu pasti, Kebajikan Harga mati". Sebab, yang namanya perubahan itu pasti terjadi, seiring dengan dinamika sejarah kehidupan manusia, terlepas apakah perubahan itu menunjukkan ke arah yang lebih baik, ataupun sebaliknya, yang tak mungkin dihindari dalam konteks kehidupan masyarakat manusia.Â
Sedangkan tentang kebajikan, apalagi yang berbobot dan bersifat universal, sudah selayaknya ditanamkan di dalam setiap pribadi, apabila berharap dan bercita menuju perwujudan harmonisasi kehidupan yang tertib, teratur dan penuh keseimbangan di keseluruhan aspek hidup manusia menurut Tuhan Semesta Alam  yang menciptakannya.Â
Universalitas yang dimaksudkan, adalah tanpa memandang Suku, Ras, Agama dan Golongan, apabila benar-benar berkemauan kuat dalam menjalankan nilai-nilai kebajikan universal.
Suatu ketika, ada pesan WA dari tetangga satu kampung dengan saya, Â 29 September 20221, isi pesan tersebut seperti ini,
"Mohon maaf sebelumnya, saya mau ngrepoti panjenengan, saya mau pinjam 1 juta, butuhnya hari ini, insya Allah bulan depan tak kembalikan".
Karena waktu itu saya  sedang berada di luar kota, sedang mengunjungi sahabat semasa sekolah dulu, dan sudah lama tak pernah ketemu, maka saya berinisiatif menyuruh anak saya di rumah untuk memenuhi harapan sang tetangga yang boleh jadi sangat membutuhkan, apalagi situasi dan kondisi negeri sedang dilanda pandemi Covid-19, sehingga sayapun harus memakluminya.
Singkat cerita, saya hubungi anak saya melalui kontak WA, yang intinya supaya mengantarkan uang 1 juta rupiah tersebut kepada sang tetangga yang sedang membutuhkan. Anak lelaki saya pun sempat bertanya, "Dalam rangka apa, Pak, koq saya diperintahkan untuk menyampaikan uang sebesar itu kepada tetangga kita?" saya jawab dengan simpel saja, "Tadi, dia mem-WA saya bila ada kebutuhan yang mendesak. Sementara, kamu kan tahu bila bapak dengan ibu sedang di Surabaya, mengunjungi sahabat lama bapak?". Anak lelaki saya pun menindaklanjuti apa yang saya perintahkan, tanpa ba-bi-bu lagi.
Memasuki Oktober akhir 2021, sang tetangga tersebut, koq tak ada action apa-apa, sebagaimana komitmen yang disampaikan melalui pesan WA pada 29 September 2021, yang hingga saat ini belum saya hapus di HP saya terhadap pesan tersebut? Yakni, "Bulan depan akan saya kembalikan".Â
Bahkan, saat ini yang sudah memasuki Juli 2022, komitmen sang tetangga itu, dalam hal mengembalikan pinjaman tersebut, belum dipenuhi. Pernah, pada 15 Juni 2022, saya mencoba mem-WA sang tetangga itu, yang isi pesan WA demikian, "Apa kabar, Mas? Sampeyan apa sudah ada untuk mengembalikan uang yang pernah saya pinjamkan dulu itu, pada 29 September 2021 saat saya sedang di Surabaya, yang akhirnya diantarkan oleh Thole ke rumah sampeyan? Maaf, lho? Saya terpaksa mem-WA sampeyan, karena setiap kita bertemu, sampeyan tak pernah ngomong apa-apa, perihal pengembalian pinjaman?" Sang tetangga menimpali pesan WA saya, demikian, "Bagaimana, ya? Saya, masih belum ada buat mengembalikan uang yang pernah saya pinjam dari panjenengan. Mohon panjenengan maklum, nggih? Saya masih dalam kesulitan ekonomi sejak pandemi, usaha saya masih sepi."