hidup ini senantiasa dan semestinya dengan logika
seiring dan sejalan dengan kapasitas berpikirnya manusia
tidaklah mungkin Sang Pencipta memberi beban di luar kapasitas berpikirnya manusia
yang diciptakan-Nya
sebab Tuhan semesta alam adalah identik dengan keseimbangan
maka logika manusia adalah logika keseimbangan alam semesta
dan, harmonisasi keseimbangan manusia dengan alam sesmesta akan tercipta
sebagaimana maunya Tuhan Sang Pencipta SegalaÂ
adakah yang lepas dari logika dengan keseimbangannya atas segala ciptaan Tuhan?
bumi beredar memadu kasih dalam harmonisasinya dengan sang mentari
cahaya mentari tiada bosannya menyinari bumi
sementara bulan dengan rela menerima pantulan cahaya mentari  dari bumi
semuanya tertib, teratur dalam harmonisasi dan logika
jauh dari dogma, doktrin ataupun halusinasiÂ
dalam cengkeraman dan kungkungan irasional, sarat oleh perasaan semata
seimbang, tertib, teratur  bersandarkan pada logika
adalah esensi hidup sebenarnya yang dimaui oleh Tuhan alam semestaÂ
sudahkah kita bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan atas segala ciptaan-Nya bagi manusia?
dan, dengan cara apa kita mewujudkannya?
Kota Malang, Juli hari kedua puluh lima, Dua Ribu Dua Puluh Dua,
"Saat mencoba mencari jawaban tentang apakah hidup yang sebenar-benarnya hidup menurut maunya Sang Pencipta".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H