Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pilar yang Goyah

24 Juli 2022   00:44 Diperbarui: 24 Juli 2022   07:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri.sas.mlg.jpg.apl.canva.komp

Namanya juga pilar, itu bermakna: tiang penguat, entah dari batu, bambu, beton, dan sebagainya. Bisa juga bermakna "dasar yang pokok" sebagaimana sebuah induk, yang punya tugas paling penting dalam menjaga dan memelihara anak-anaknya agar tumbuh berkembang menjadi kokoh, tegar sebagai pelanjut. Seperti itulah makna leksikal, esensial, ideal ataupun filosofisnya. 

Lantas, ketika yang disebut pilar dari sebuah bangunan itu goyah, jadi mengkhawatirkan tidak? Pilar sebagai penguat, juga sebagai penegak yang bertugas memperkuat sebuah bangunan agar menjadi tegak, kokoh berdiri, aman dan nyaman bagi penghuni.

Dalam suatu bangunan, apa hanya ada satu pilar? Bila bicara bangunan yang mewakili kata kokoh, tegak, tegar berdiri dan kuat, maka setidak-tidaknya ada empat. Diselaraskan dengan kemampun dalam hal sebagai pelindung dan perlindungan. Laksana rumah hukum dan keadilan, agar terjadi konsistensi dalam tugas pokok dan fungsinya atau diakronimkan menjadi tupoksi, maka para pilar penegaknya wajiblah profesional, jujur, adil, beramanah dalam mengemban dan menjalankan tugas intinya. Yakni, menjadi penjaga dan pemelihara hukum dan keadilan dari instrumen yang dihasilkan oleh legislator, berupa peraturan dan perundang-undangan, yang di dalamnya berisi tata aturan yang harus ditegakkan dengan tertib berkesinambungan. Bila terjadi pelanggaran, maka harus diberlakukan sanksi setimpal dan proporsional menurut kadar pelanggarannya.

Apa dan siapa sajakah yang dinamakan sebagai pilar hukum dan keadilan pada umumnya dan sudah dimaklumi oleh khalayak? Sebut saja hakim, jaksa, polisi dan pengacara atau pembela. Itulah pada umumnya. Mereka para penegak, pasti paham benar soal hukum dan keadilan, karena sudah menjadi ranah yang digelutinya. Filosofi hukum dan keadilan sebagaimana dalam filsafat hukum adalah demikian:

"Hukum dan keadilan ditegakkan dengan instrumen yang melingkupinya, adalah dalam rangka terwujudnya harmonisasi relasi. Relasi antar individu,relasi antara individu dengan kelompok, dan relasi antar kelompok  dalam keseluruhan masyarakat". 

Sehingga diharapkan akan terjadi keteraturan, ketertiban dan keharmonisan dalam pola hubungan dengan segala aktivitas kehidupan masyarakat, tanpa kecuali. Seperti itulah gambaran soal hukum dan keadilan di tengah-tengah masyarakat kita yang majemuk dengan wilayah "seribu pulau"- nya. 

Nah, di kala pilar-pilar hukum dan keadilan itu dilanda goyah, maka apa kiranya yang bakal terjadi? Satu pilar saja yang goyah, apalagi goyah kesemuanya, bisakah dibayangkan? Akankah para kebanyakan memperoleh pengayoman, perlindungan, dan keadilan di setiap aktivitas hidup dalam kehidupannya? Yakni, menikmati harmonisasi kehidupan di setiap jengkal langkah hidupnya? 

Sang aulia bijaksana dengan kesahajaannya, suatu ketika bersanandung lirih dalam nyanyian sajaknya, 

Tak terbayangkan olehku, wahai para pilar penegak keadilan!

Bila dalam jiwamu masih saja tak utuh patuh atas apa yang kau jaga dan pelihara 

Mencederai sendiri berulah khianat bagai pagar makan tanaman

Jual beli putusan perkara 'tlah menjadi biasa, mentradisi dan membudaya

Tumpul ke atas tajam ke bawah bukanlah rahasia

Pencari keadilan tiada berdaya karena tak punya kuasa, harta dan tahta

Ibu Pertiwi mengangis sedih, menyaksikan kisah pilu penuh rekayasa

Manakala melanda kesatuan sipil bersenjata, menggilas menindas pada sesama

Tak kenal adab, tak kenal norma hanya karena demi jubah reputasi dan wibawa palsu

Bukan karena jiwa pilar sebagai abdi bangsa dan negara di atas hukum dan keadilan

Masihkah kalian bertahan dengan mengabaikan prinsip hukum berkeadilan?

Di kala rindu dendam dari para kebanyakan sudah tak tertahankan?

Tunggulah saatnya tiba, robohnya bangunan hukum dan keadilan 

Goyah terkoyak hanya karena melahap dusta demi harta, tahta dan kuasa

Menyisihkan sebuah panggilan jiwa ... 

Kota Malang, Juli hari kedua puluh empat, Dua Ribu Dua Puluh Dua, 

"Kuguratkan ini semua dari yang kurasa, tanpa mengada-ada ..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun