betapa tidak!
jagad raya terasa mulai meronta
gejala degradasi di setiap kisi-kisi kehidupan
kian memprihatinkan beralamat menggenaskan
pertengkaran antar pribadi, keluarga, kelompok, bahkan antar bangsa
teramat sulit dielakkan, adalah fakta realitaÂ
kosa kata krisis moral dan ekonomi
menggema, tak lagi sebagai rahasia massal manusia
menjadi biasa, telanjang tak berbusana
vulgar!
hendak kemana lagikah kita akan menghindar, lalu menepi?
mencari labuhan ketentraman dan kenyamanan?
kemana lagikah?
adakah yang bisa memberi jawabnya?
mungkinkah rasa aman dan nyaman menyelimuti diri
ketika kata devisit belum terhapus ke titik nol, seimbang?
salahkah bila bila devisit adalah sebutan karena ketimpangan?
salahkah?
harmonisasi nan seimbang masih menjadi langka diharap ...
tengoklah di seberang sana
kebangkrutan negeri telah terbukti
gagal di atas segala merajalela
beringas meluap tak terbendung karena nista tersiksa
sementara, pengenggam tongkat kekuasaan lari tunggang langgang
bersembunyi di negeri orang dan menghindar
lantas, negeri ini?
membuncah dalam harap cemas
nyanyian pelipur lara pun digaunggemakan
agar keberingasan tak meluap  dari para kebanyakan
bila saatnya tiba, siapapun takkan kuasa menghadangnya
luapan memuncak karena  gilas  tertindas
adalah niscaya ...Â
Kota Malang, Juli hari ketujuh belas, Dua Ribu Dua Puluh Dua. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H