Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur dengan Benar

3 Juli 2022   22:50 Diperbarui: 4 Juli 2022   13:37 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri.sas.mlg.jpg.apl.canva.komp

Pembaca yang budiman, saudara sebangsa dan setanah air ...

Inti dari hidup ini adalah, kita harus bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan karena kita telah diberi kesempatan untuk hidup sebagai manusia, mahluk biologis yang paling unggul yang mendiami bumi, sebagai bagian kecil dari alam semesta yang indah dengan berbagai tanaman dan binatang yang dihamparkan untuk menunjang kehidupan manusia . Kita juga diajarkan  ilmu pengetahuan  dan budaya-budaya kebaikan, sungguh karunia Tuhan yang luar biasa bagi manusia.

Lantas, bagaimana cara bersyukur yang benar? Apakah cukup hanya dengan mengucapkan kata “Thank’s God, terima kasih Tuhan, melantunkan puji-pujian dan  bersembahyang kepada Tuhan” ..?  Semua itu baru sebatas basa-basi kepada Tuhan. Basa-basi memang perlu , namun apalah artinya basa-basi,  bila perilaku kita sehari-hari justru banyak bertentangan dengan kehendak atau ketentuan Tuhan? Bukankah itu artinya kita telah bersikap munafik dan mempermainkan Tuhan?

Apa sih sebenarnya yang diinginkan Tuhan dengan menciptakan Bumi yang begitu indah dengan berbagai sistem di dalamnya yang begitu seimbang-sempurna? Yang jelas, Tuhan tidak menginginkan Bumi dengan berbagai sistem kehidupan di dalamnya menjadi rusak berantakan seperti saat ini. 

Untuk itulah Tuhan memberikan amanah kepada manusia dengan berbagai kelebihan dan pengetahuan yang diajarkan Tuhan untuk menjadi pemimpin, pengelola Bumi dan seisinya. Menjadi khalifah untuk memakmurkan, memajukan dan memperindah Bumi dengan tetap memelihara dan menjaga berbagai sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. 

Jadi, bersyukur atau berterima kasih tidak sekedar berbasa-basi terhadap Tuhan, tapi harus direalisasikan dengan tindakan nyata, yakni, menjalankan, membangun, memperbaiki dan menjaga berbagai sistem keseimbangan di Bumi. 

Namun sayangnya, mayoritas manusia justru senantiasa merusak ciptaan Tuhan. Mulai dari merusak sistem keseimbangan di dalam tubuh biologis sendiri, membikin jurang ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat, serta mengobrak-abrik keseimbangan alam. Semua itu  hanya demi memenuhi nafsu ambisi keserakahan. 

Alhasil, tubuh biologis manusia semakin lemah, banyak bermunculan berbagai penyakit, terjadi banyak  bencana alam yang semakin marak di berbagai belahan dunia, timbul berbagai konflik, mulai dari rumah tangga hingga perang antar negara. Inilah gambaran nyata bahwa mayoritas manusia di muka Bumi tidak bersyukur kepada Tuhan. Apalah artinya sembahyang, memuja-muja Tuhan kalau kita justru menjadi bagian dari perusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan ...

Oleh karena itu, agar kita selamat dari berbagai kehancuran yang mengerikan,  marilah kita bertaubat, memposisikan diri  menjadi orang-orang yang bersyukur dengan sebenar-benarnya. Yakni, berjuang untuk memperbaiki berbagai sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Dimulai dengan memperbaiki sistem keseimbangan diri, baik keseimbangan biologis maupun perilaku. Kemudian membentuk keluarga yang seimbang. 

Sebab, tidak ada keseimbangan diri tanpa keseimbangan keluarga, tidak ada keseimbangan keluarga bila kita berada di dalam tekanan sistem sosial-ekonomi yang tidak seimbang, dan tidak ada komunitas sosial ataupun negara yang seimbang jika tidak dibangun tatanan dunia yang seimbang.

Namun, perlu diketahui, tidak mudah memperbaiki keseimbangan di tengah kuatnya pengaruh belenggu sistem yang sangat tidak seimbang , yangg sudah menjadi kebiasaan hidup yang melekat selama bertahun-tahun. Dibutuhkan energi yang besar dan perjuangan yang luar biasa untuk membangun dan memperbaiki berbagai sistem keseimbangan. Harus ada komitmen yang kuat terhadap Tuhan untuk siap menjalankan kehidupan yang seimbang. Komitmen tersebut harus selalu dibina agar bisa tertanam kuat dalam benak dan senantiasa melekat dalam ingatan,  sehingga akan mampu membentengi perilaku kita untuk selalu menjalani hidup secara seimbang. 

Dengan komitmen yang sudah terbina, kita siap membersihkan diri dari berbagai hal yang merusak keseimbangan, misalnya dengan jalan berpuasa atau melakukan diet sehat untuk membersihkan fisik kita dari berbagai racun yang mengendap di dalam tubuh serta menerapkan pola hidup yang sehat-seimbang. Bila Tuhan mengaruniakan  sepetak kepada kita, maka sudah seharusnya dikelola dan dimanfaatkan. 

Jangan hanya dipenuhi dengan tanaman hias, tapi juga berbagai tanaman sumber nutrisi tubuh, baik sayuran, buah-buahan, umbi- umbian maupun tanaman obat, dengan sistem budidaya yang sehat dan alami, tidak meracuni tubuh  ataupun mencemari lingkungan. Jika masih memungkinkan, lahan juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya ternak ataupun perikanan tentunya juga dengan pola-pola pengelolaan yang sehat. 

Sampah-sampah organik diolah untuk menghasilkan pupuk sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Jadi, baik manusia, tanaman maupun ternak, semua mengkonsumsi nutrisi yang sehat alami.  Dan, jika dikonsumsi secara seimbang, semuanya akan lebih kuat dan tahan terhadap berbagai penyakit. Inilah salah satu wujud nyata dari bersyukur ...

Selain membersihkan dan memperbaiki sistem keseimbangan biologis, perilaku juga harus dibersihkan dan diperbaiki  dengan pengendalian hawa nafsu. Apa yang kita lakukan ataupun kita penuhi  harus menyeimbangkan pada kebutuhan yang wajar, bukan atas dasar nafsu keingingan yang berlebihan, baik pemenuhan kebutuhan konsumsi, seksual,  nafsu amarah ataupun nafsu-nafsu lainnya. 

Upaya selanjutnya adalah meningkatkan ke dalam lingkup yang lebih luas, yaitu membangun keseimbangan sosial. Diawali dengan pembersihan  terhadap harta-harta kita. Perlu disadari, bahwa saat ini, kita tengah mengalami hidup dalam sistem ekonomi yang timpang, sistem yang penuh ketidakadilan. Bila kita berada di posisi yang diuntungkan dalam suatu sistem, dan  mendapatkan kelebihan dalam pendapatan, atau dengan kata lain bahwa sebenarnya harta-harta tersebut bukanlah hak kita. Maka, harta-harta tersebut harus kita bersihkan dan kita keluarkan untuk membangun dan memperbaiki keseimbangan sosial.

Tentunya, kita tidak sekedar membagi-bagikan harta tersebut ke orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi, karena itu sangat bersifat sementara. Namun, yang lebih penting dari itu, kita harus membangun sistem sosial ekonomi yang seimbang. Yakni, membentuk sebuah badan usaha yang produktif  dengan manajemen yang profesional, dan ditata berlandaskan prinsip-prinsip keseimbangan.  

Sebuah badan usaha yang bersih dari unsur-unsur kapitalis-feodalis yang hanya menciptakan ketimpangan sosial-ekonomi, juga bukan sistem yang menyamaratakan (pukul rata) kesejahteraan (komunis) , namun badan usaha yang mampu memberikan jaminan keadilan sosial-ekonomi bagi setiap anggota di dalamnya dan selalu menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.   Sistem yang sejalan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Adil dan Seimbang.

Jika project badan usaha yang berlandaskan prinsip-prinsip keseimbangan  berjalan, ini menjadi pilot project yang perlu dikembangkan dan direplikasi dalam skala yang lebih luas di berbagai wilayah secara terkoordinir, sehingga menjadi organisasi usaha yang lebih besar dengan jangkauan yang lebih luas setara dengan sebuah negara. Pengembangan akan berjalan terus hingga menjadi semacam holding compagny yang mendominasi dunia. Dengan kata lain,  dunia akan ditata dengan manajemen kehidupan profesional yang berlandaskan prinsip-prinsip keseimbangan.

Demikianlah gambaran tindak nyata dari sikap bersyukur atas karunia Tuhan, bukan sekedar berbasa-basi, tapi berjuang dengan segenap daya upaya   membangun dan memperbaiki sistem keseimbangan di Bumi Tuhan.  Oleh karena itu, marilah kita bertaubat untuk menjadi hamba-hamba Tuhan yang bersyukur dengan sebenar-benarnya. Semoga, dengan beryukur Tuhan akan memberikan karunia-Nya yang bukan hanya di Dunia, namun juga di akhirat kelak ... 

Sekian dan Terima Kasih. Salam Satu Bangsa Indonesia_Nusantara, Salam PANCASILA ...

 

Kota Malang, Juli hari ketiga, Dua ribu dua puluh dua,

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun