Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Baik Golput: Tidak Sama Sekali

19 Juni 2022   19:16 Diperbarui: 21 Juni 2022   09:29 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri.sas.mlg.komp

"Ya, lebih baik Golput saja! Lho, kenapa? Memang tak boleh? Atau, suatu sikap nista pidana bila seorang warga, lebih berkecenderungan memilih Golput daripada berpartisan manakala berhadapan dengan pilihan politik ..?"

Pembaca yang budiman, saudara sebangsa dan setanah air ...

Saat ini, kita sedang memasuki masa jelang Pemilu yang rencananya digelar pada 2024, tepatnya pada 14 Februari 2024 yang terdiri dari Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara langsung, dan itupun bila tak ada aral. Sedangkan launching tahapannya telah dicanangkan pada 14 Juni 2022, dengan rencana anggaran biaya sebesar 76,6 Trilyun Rupiah. 

Catatan sejarah Pemilu di negeri ini menunjukkan bahwa rencana Pemilu 2024 ini merupakan Pemilu yang kali ke-13 dengan perjalanannya dalam dinamika dan segala varian pola pelaksanaannya masing-masing sejak Pemilu pertama pada 1955 digelar. 

Rentang waktu yang demikian panjang, yakni 64 tahun (1955 - 2019) beriringkan segala romantika, suka-duka , dan lebih banyak dukanya daripada sukanya bagi rakyat kebanyakan yang ketiban eksesnya dalam pencapaian hasil akhir dari sebuah Pemilu. Apa yang telah dicapainya? 

Tercapai, tidak ya dari hasil Pemilu itu ke dalam muara akhir, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat ..? 

Data statistiknya, bisakah ditunjukkan bila hal itu dinyatakan tercapai? Rentang waktu 64 tahun hanya berkutat pada pergantian dan pergantian, mulai dari personal dan pengkongsian, pemerintahan, praktik tata kelolanya, kebijakan yang bijak sana-bijak sini, penganggaran dan kinerja dari yang terpilih, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif, hanya begitu-begitu saja. 

Hanya ganti casing, isi esensinya gak jauh beda atau dengan kata lain: setali tiga uang. Indikator yang paling menyolok dan sederhana, adalah trend Utang negara dari pemerintahan satu ke pemerintahan selanjutnya, tak malah berkurang atau pada titik Nol, sebaliknya malah jadi meroket dari apa yang dihasilkan oleh Pemilu. 

Kemiskinan tak lagi sirna, sekalipun SDA nya sangat melimpah ruah tiada tara sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Segala. Gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwa tinandur, tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, zamrud katulistiwa, ratna mutu manikam, dan sebangsanya ... Hanya ada dalam slogan dan nyanyian pelipur lara belaka. Fakta realitanya, masih berstempelkan dan didaulat sebagai negara besar berkategori, miskin! Aneh bin ajaib, namun  nyata dalam realita ... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun