indah tutur bahasa esensiÂ
dan tak perlu kelit berputar
bila mendamba tatanan seimbang
menyuarakan kalam kebajikan, kalam kebenaran
dari Tuhan Yang Maha Esa
adalah tugas mulia, tak hina
meski harus menghadapi para kepala batu
dan pengumpat dari pikiran yang membatu
gila dikata oleh mereka
itulah realita yang harus dihadapi
sebab semesta telah menggila
dalam sesat nan timpang
perilaku kian bejad biadab
isyarat menuju kehancuranÂ
telah terasa bagi yang merasa
tak peduli dari siapa, dari belia sekalipun
itulah adanya dan kian menggejala
berguncang seguncang-guncangnya
tidaklah mungkin terelakkan nantinya
karena kepastian sejarahÂ
berproses menuju keseimbangan
harapan mewujudkan tatanan seimbang
sudah saatnya dipersiapkan
biarkanlah dan biarkanlah mereka
yang masih disibukkanÂ
oleh harta melimpah yang tak pernah dibersihkan
ambisi serakah berkuasa bermahkota tahtaÂ
berkelilingkan para gundik pelayan penyaji syahwat
karena memang itulah yang diinginkannya
teruskanlah dan teruskanlah berseru dan bersiar
wahai penyair dan penyiar!
di tengah gelombang dahsyatnya kehidupan laknat
yang tak akan pupus sebelum saatnya tiba
sebagai kepastian sejarah
yang tak seorangpun kuasa menolaknya
Tuhan tak akan mengingkari janjinya
kepada manusia yang menjalankan segala instruksi-Nya
dan menjauhi sejauh-jauhnya
terhadap apa yang telah ditetapkanÂ
sebagai larangannya
sebab bahtera hidup bertatanan seimbangÂ
pasti disiapkan-Nya
bagi sipakah?
bagi yang telah berjalan di garis yang lurus
garis shirathal mustaqim ...
Kota Malang, Sabtu Fajar Menyingsing, Maret Hari Kesembilan Belas, Tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua
Menyongsong Purnama Membadar, Bermula dari Kehancuran Peradaban Dunia yang Telah di Depan Mata.
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H