Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mitologi Surga-Neraka: Di Langit atau di Bumi?

22 Januari 2022   18:17 Diperbarui: 9 Maret 2022   23:13 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Keyword :  

"Agama Itu Sejalan Dengan Akal Maupun Ilmu Pengetahuan Yang Objektif  Ilmiah. Dan, Tak ada Agama Yang Tak Sejalan Dengan Akal Maupun Ilmu Pengetahuan Yang Objektif Ilmiah.  Karenanya, Mengakali Agama Adalah Tindak Pidana Nista Binasa Akibat Kerasukan Pikiran Iblis". (Analisis)        

Hidup di dunia ini hanya bersifat sementara.  Begitulah pandangan umum yang diyakini oleh mayoritas Umat ber-Agama.  Sebab, Alam dengan ruang waktu yang kekal pasca berakhirnya kehidupan di Dunia, yang bukan hal asing bagi Umat ber-Agama (Puritan) dengan sebutan Alam Akhirat, masih belum bergeser dari yang diyakininya. 

Dalam periode kehidupan Dunia yang singkat ini, sebenarnya manusia menjalani proses seleksi dan penilaian.  Bagi yang mendapatkan predikat Manusia Baik menurut Tuhan, maka imbalan kehidupan di Akhirat adalah Surga -- suatu kehidupan yang ideal, penuh kemakmuran, kasih sayang, kedamaian dan keindahan.  

Sebaliknya, bagi yang mendapatkan predikat Manusia Buruk maka mereka akan dimasukkan ke dalam Neraka -- suatu kondisi kehidupan yang mengerikan, penuh siksaan dan penderitaan.  

Dengan demikian, maka Surga dan Neraka adanya di Alam Akhirat sebagai suatu periode kehidupan yang dibangkitkan pasca kematian atau setelah Kiamat, yaitu kehancuran yang meluluhlantakkan seluruh kehidupan Dunia.  Manusia yag sudah mati tinggal tulang-belulang ataupun yang sudah menjadi fosil, bahkan yang sudah tak nampak tersisa, semuanya akan dibangkitkan dan menjalani proses Pengadilan Tuhan.  Apakah nantinya pantas masuk Surga ataukah harus dibelenggu di Neraka?  

Dalam kaitan tersebut, tentunya akan menimbulkan banyak pertanyaan di benak kita masing-masing, di antaranya adalah : 

  • Dimanakah sebenarnya letak Surga dan Neraka?
  • Bagaimanakah proses Manusia dibangkitkan?
  • Bagaimanakah Sistem Pengadilan Tuhan itu dijalankan?
  • Bagaimanakah Jalan yang Benar menuju ke Surga?
  • Seperti apakah Surga dan Neraka itu? 

Sebagian Umat Beragama beranggapan, adanya di Alam Ruh, di Atas Langit nun jauh di sana.  Anggapan tersebut berpangkal dari pemikiran Plato (427 -- 347 SM), seorang Filsuf Kuno Yunani (Greek).  Plato yang disebut-sebut sebagai Bapak Filsafat Dunia lantaran pemikiran filsafatinya itu, dalam teorinya menyatakan bahwa di Atas Langit ada Alam Ruh atau Alam Tuhan. Di Alam tersebut semua Ruh berada dalam keadaan Suci.  Namun karena suatu hal, terpaksa Ruh manusia diturunkan ke Bumi, sebuah tempat yang dianggap fana, kotor dan penuh dengan Dosa.  Lebih lanjut Plato menyatakan, guna membersihkan Jiwa manusia harus mengekang semua hawa nafsu dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi yang dianggap Fana, menyendiri, membebaskan diri dari ikatan sosial dengan jalan Meditasi atau ber-Tapa dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.  Dengan cara tersebut maka Jiwa manusia akan kembali menjadi Bersih dan memancarkan Cahaya kebaikan.  Dan, saat manusia meninggal, Ruhnya akan diangkat ke Langit. Ruh yag bersih atau Suci akan dimasukkan ke dalam Surga.  Sedangkan Ruh-Ruh manusia yang kotor dan jahat akan dibelenggu di dalam Neraka.  Di sisi lain, ada pandangan yang Realistis dan bertolak belakang dengan pandangan tersebut di atas. Pandangan yang menyatakan bahwa kebangkitan kembali manusia bukan dalam bentuk Ruh, tetapi jasad Biologis Manusia yang direkonstruksi ulang dari sisa tulang-belulang manusia.  Pandangan ini secara otomatis menyimpulkan bahwa Surga dan Neraka adanya di Bumi.  

Mengapa Demikian?  

Hal ini sesuai dengan Fakta Real, bahwa Manusia sebagai penghuni Bumi.  Manusia tidak bisa hidup di Langit atau di Planet-Planet yang lain.  Kalaupun dipaksakan, harus menggunakan pakaian dan peralatan khusus yang sangat canggih.  Di dalam Tata Surya kita Bumi adalah satu-satunya Planet yang sesuai untuk kehidupan Manusia dan mahluk hidup lainnya.  Tuhan telah merancang Jarak Ideal Bumi terhadap Matahari, sehingga seluruh permukaan Bumi sangat Ideal untuk kehidupan.  Tidak terlalu dingin juga tidak terlalu panas.  

Dengan suhu yang ideal maka keberadaan sebagian besar Air di Bumi tidak membeku karena kedinginan dan tidak mendidih karena kepanasan.  Hanya di tempat-tempat tertentu air bisa Membeku dan Mendidih.  Keberadaan Air tersebut menjadi faktor utama pembangkit kehidupan Mahluk Biologis, keberadaan Air yang melimpah dengan penyinaran Matahari sebagian menguap menjadi Awan dan akan turun kembali sebagai Hujan. Dengan Hujan akan menumbuhkan beraneka ragam Tanaman.

Selanjutnya, Rancangan Teknologi Tuhan menumbuhkan faktor pembatas, yaitu binatang pemakan tumbuhan (Herbivora).  Agar binatang-binatang Herbivora tersebut tidak meledak dan tak terkendali populasinya, maka Tuhan menciptakan Faktor Pembatas berikutnya, binatang pemakan binatang (Carnivora) dan binatang pemakan segala (Omnivora), termasuk manusia dalam golongan ini.  

Tuhan pun menciptakan Jasad Pengurai untuk merubah semua bangkai tumbuhan dan binatang untuk menjadi unsur yang bisa menyuburkan tanah dan memberikan nutrisi bagi tumbuhan.  Dalam proses makan-memakan antar jenis mahluk hidup menjadi suatu Rantai Makanan atau Jaring-Jaring Makanan, saling melengkapi, saling membatasi, dan semua dirancang dengan sangat Teratur dan Seimbang.

Jadi, secara kodrat manusia menjadi bagian dari Keseimbangan di Bumi, bagian dari Ekosistem yang ada di Bumi.  Namun sayangnya, mayoritas Manusia justru menyalahi kodratnya.  Mereka menyalahgunakan Karunia Ilmu dan Kecerdasan dari Tuhan untuk merusak Keseimbangan demi memenuhi ambisi keserakahannya.  Mereka merusak Ekosistem dan Habitatnya sendiri yang berujung pada bencana dan kehancuran di Bumi. 

Bagaimanakah dengan Tata Surya-Tata Surya yang lain ? 

Rancangan Tuhan sangat teratur dan sistematis.  Bumi adalah bagian dari Tata Surya dimana Matahari sebagai pusatnya. Kumpulan Tata Surya membentuk Galaksi, kumpulan Galaksi membentuk suatu sistem yang lebih besar dan begitu seterusnya hingga membentuk Alam Semesta.  Menurut Astronot, Bintang-Bintang yang bertebaran di Langit keberadaannya sama dengan Matahari. Mereka bersinar, mempunyai medan gravitasi dan dikelilingi oleh Planet-Planet membentuk seperti Tata Surya kita.  Bila rancangan Tata Surya-Tata Surya tersebut tersusun seperti Tata Surya kita, maka bisa dimungkinkan ada Bumi-Bumi dan kehidupan lain di luar angkasa.  

Para Ahli memperkirakan ada Seratus Milyar lebih Bintang di dalam Galaksi Bima Sakti, yang berarti bisa dimungkinkan ada Seratus Milyar Tata Surya, ada Seratus Milyar Planet yang seperti Bumi di dalam Galaksi Bima Sakti.  Namun perlu diingat, jarak antara Tata Surya sangat berjauhan.  Menurut para Ahli, jarak bintang terdekat yang dikenal dengan Proxima Centauri dengan Bumi kita dalah 4,2 Juta Tahun Kecepatan Cahaya.  Dan, hal itu di luar jangkauan kemampuan teknologi Manusia.  Perlu diketahui, bahwa Kecepatan Cahaya adalah :  3 x 10⁸  atau 300.000.000 meter/detik atau 300 .000 km/detik.   Sementara Roket tercepat saat ini adalah Rudal Avangard buatan Rusia.  Rudal yang diklaim oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin,  sanggup melepas dengan kecepatan 28 Mach atau sekitar 34.000 km/jam.  Jadi, masih jauh dengan Kecepatan Cahaya.  Apalagi dengan jarak 4,2 Juta Tahun Kecepatan Cahaya, tidak ada teknologi yang mampu sampai ke sana.   

Begitu juga bila ada manusia di Tata Surya yang lain, tidak akan mampu juga menjangkau Bumi atau Tata Surya kita.  

Dengan demikian, Tuhan menciptakan Bumi dengan segala isinya, semuanya dihamparkan untuk menunjang Kehidupan Manusia. Pun demikan halnya Tuhan menciptakan Matahari dan menyeimbangkan dengan benda-benda langit yang lain, membentuk sistem Tata Surya yang maha teratur dan Seimbang, semuanya diperuntukkan guna menunjang kehidupan Manusia.  Dan, Semua ini adalah Karunia yang luar biasa dari Sang Maha Pencipta.  Tapi mengapa Manusia tidak mensyukurinya? Mengapa Manusia justru merusak Mahakarya Tuhan yang diperuntukkan kepada mereka?  Jadi, di Bumi inilah tempat ideal bagi manusia, di Bumi inilah manusia dihidupkan, di Bumi ini manusia dimatikan dan di Bumi ini juga manusia akan dibangkitkan. Yang berarti pula di Bumi inilah keberadaan Surga dan Neraka nantinya.  Yaitu setelah berakhirnya Periode Kehidupan Dunia dan dibukanya Periode Kehidupan Akhirat.  

Bagaimanakah dengan Kebangkitan Manusia dari kematiannya? 

Silakan disambung di Artikel kami berikutnya ... Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun