Tampil di pangung budaya dan peradaban dunia adalah karena pilihan alamiah, jauh dari sebuah rekayasa, terpaksa pun dipaksa
Tak butuh kampanye, propaganda, apalagi yang bernama pencitraan tuk menuai simpati, pula nyatakan empati guna diakui
Tidak! Â
Lantaran lampiaskan ambisi yang menjadi-jadi
Di kala tak jadi, tak dimaui Berujung ekspresi sensasi berbau terasi, gaduh dikayuh dan dicuatkan tanpa kompromi, amarah diasah dan diasuh
Pikiran kumuh nan lusuh tak bersuluh, rapuh !
Maju ke depan di kala ada makanan, ada mangsa diharap dilahap
Bersembunyi berbalik kanan, di kala ada tantangan, aral rintangan
Pasukan bawahan dikerahkan badan dipasangkan, berdiri ditameng-tugaskan tuk menyelesaikan soal dan ancaman
Bukan, bukan dan bukan !
Pemimpin sejati dan sejatinya pemimpin yang menyejarah, hadir secara alamiah karena kehendak sejarah...
*****
Januari, hari ketujuh 2019, suatu ketika di Kota Malang di dekat Jembatan Soetta, Â saat bersaksi menghadapi tonil kehidupan yang tak jauh mengitari aku dan sekelilingku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H