Saat bibirku tegas menanyakan tentangnya, hanya satu rekasiku saat itu.. "menyesal". Nenek mengatakan hal yang tak pernah sekalipun ku pikirkan. "Ameyroes sudah ndak ada nak. Sudah lama to. Dua tahun yang lalu kalo ndak salah."
Kukira, ia berkuliah di tempat jauh, atau lrbih parahnya, mungkin sudah menikah.. atau bekerja. Tak pernah aku mengira ia akan menemui Tuhan lebih dulu daripada aku.
Tak banyak yang aku ingat,, kami masih sama sama kecil saat itu.
Sejak aku tau realita pahit tentangnya, satu hal yang selanjutnya aku lakukan. Aku mengunjungi tempat peristirahatan terakhirnya , tak pernah absen malam malam panjang untuk senantiasa mengirim doa untuknya. Dan sejak saat itu, aku merasa, ia nenjadi sangat dekat denganku.