Mohon tunggu...
Dyah Retna Prabaningrum
Dyah Retna Prabaningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada. Awardee LPDP. Tertarik dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan menulis, hobi membaca buku fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Dari Gibran Hingga Pram: Menulis Sebagai Aktualisasi Pemikiran

21 Maret 2024   04:23 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:54 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : id.pinterest.com

Menulis merupakan salah satu cara berkomunikasi yang dapat dilakukan selain dengan berbicara. Melalui kegiatan menulis kita mencurahkan pemikiran-pemikiran kita agar mampu ditangkap oleh orang lain. Pentingnya kegiatan menulis telah disadari oleh banyak orang, terbukti sejak masa kanak-kanak kita telah diajarkan untuk menulis. 

Dengan menulis kita mampu menyampaikan suatu gagasan dengan lebih baik, mampu menata kalimat hingga dapat dicerna maknanya secara efisien. Berbeda dengan berbicara langsung, menulis dapat menyimpan rekam jejak atau arsip dari gagasaan kita. Kendati peradaban kita tidak serta-merta dimulai dengan tulisan, tetapi terbukti peradaban yang maju dapat terjadi bilamana kita menggunakan tulisan sebagai media massa. Menyoal tentang sejarah, masyarakat kita pada zaman dahulu dikenal dengan budaya tuturnya. 

Cerita-cerita hingga pemikiran banyak yang disampaikan secara turun temurun melalui penuturan lisan. Agak berbeda dengan masyarakat di bumi belahan lain yang mengarsipkan gagasan dan pemikirannya melalui tulisan. Itulah mengapa para penemu lebih banyak berasal dari belahan bumi lain.

Namun, seiring berjalannya waktu kesadaran akan pentingnya menulis mulai tumbuh pada masyarakat kita. Banyak karya-karya luar biasa yang lahir dari penulis kita melalui karya sastra. Nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Ahmad Tohari, dan Abdul Muis membawa warna baru dalam dunia kasusastraan Indonesia. 

Tidak kalah dari penyair kondang asal Lebanon Kahlil Gibran, penulis-penulis Indonesia memiliki kejeniusan dalam merangkaikan kata-kata. Karya sastra klasik Indonesia membawa pesan-pesan perjuangan yang mendalam di tengah gejolak politik kolonialisme hingga masa pascakemerdekaan. 

Corak perjuangan dibumbui kisah-kisah romantis menjadi khas dalam tulisan-tulisan karya sastra klasik. Seiring berkembangnya waktu, kegiatan menulis masih diminati sebagian masyarakat kita. Penulis-penulis era modern juga menunjukkan taringnya untuk membawa dunia kasusastraan Indonesia menjadi lebih baik.

Pencapaian yang telah didaptkan para penulis Indonesia selanjutnya menjadi tanggung jawab kita agar dapat kita teruskan. Bibit-bibit penulis hebat harus dikembangkan potensinya hingga mampu membuat karya yang luar biasa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan sejak dini generasi kita untuk membaca. 

Dengan membaca, maka penyimpanan kosa kata kita menjadi lebih banyak. Sehingga bila diaplikasikan dengan kegiatan menulis maka akan dapat dilakukan dengan mudah. Masa depan dunia sastra kita harus dipelihara dengan baik, agar kita mampu membawa peradaban semakin maju. Karena dari membaca karya sastra maka disitulah kita sedang memperkaya batin kita. Dari kegiatan sederhana seperti membaca buku-buku, kita sedang merawat peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun