Adapun beberapa tantangan terkait teknologi yang mungkin dihadapi dalam konektivitas sistem pembayaran ASEAN adalah sebagai berikut:
1. Keamanan dan Perlindungan Data: Dalam konektivitas sistem pembayaran, keamanan dan perlindungan data merupakan hal yang sangat penting. Tantangan ini meliputi risiko kebocoran data, serangan siber, pencurian identitas, dan penipuan pembayaran. Untuk mengatasi tantangan ini, perlu ada kerangka kebijakan dan regulasi yang kuat guna mengatur keamanan data dan privasi pengguna dalam transaksi pembayaran lintas batas. Dalam hal ini Bank Indonesia dan bank-bank sentral negara ASEAN lainnya harus memiliki komitmen melalui aturan ketat yang diterapkan seragam terkait dengan keamanan dan perlindungan data para pengguna yang terlibat dalam konektivitas sistem pembayaran ini.
2. Infrastruktur Teknologi yang Tersedia: Tantangan lain adalah ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai di seluruh wilayah ASEAN. Beberapa negara mungkin memiliki akses terbatas ke infrastruktur telekomunikasi yang diperlukan untuk mendukung konektivitas sistem pembayaran yang cepat dan andal. Upaya nyata terkait hal ini yaitu termasuk akses internet yang cepat dan handal. Selain itu pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk konektivitas sistem pembayaran bisa saja membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Negara-negara ASEAN perlu mempertimbangkan secara strategis dan tepat mengenai alokasi anggaran untuk memastikan keberlanjutan dan kemajuan konektivitas sistem pembayaran dalam jangka panjang.
3. Adopsi Teknologi oleh Pengguna: Penggunaan teknologi dalam sistem pembayaran lintas batas juga bergantung pada adopsi oleh pengguna, baik pelaku bisnis maupun konsumen. Beberapa masyarakat mungkin masih enggan menggunakan teknologi pembayaran baru dan lebih memilih metode pembayaran tradisional. Edukasi akan manfaat dan keamanan teknologi pembayaran perlu ditingkatkan agar pengguna merasa nyaman dan percaya menggunakan sistem pembayaran yang baru. Selain edukasi, Bank Indonesia dan bank-bank sentral lainnya juga perlu memastikan kemudahan penggunaan teknologi dalam konektivitas sistem pembayaran, dalam hal ini konkretnya yaitu memudahkan para UMKM untuk memiliki akun QRIS.
4. Regulasi dan Kebijakan: Tantangan teknologi dalam konektivitas sistem pembayaran juga terkait dengan regulasi dan kebijakan di setiap negara anggota ASEAN. Perbedaan regulasi dan kebijakan dapat mempengaruhi interoperabilitas dan kemampuan sistem pembayaran untuk beroperasi secara lintas batas. Diperlukan kerjasama antar negara-negara ASEAN dan harmonisasi kebijakan untuk mengatasi berbagai tantangan dan hambatan yang mungkin muncul di tengah arus konektivitas sistem pembayaran ASEAN.
Dengan mengatasi beberapa tantangan teknologi ini, konektivitas sistem pembayaran ASEAN yang mulus dapat menjadi kenyataan yang diharapkan akan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi dan integrasi regional. Bagaimanapun juga, di era digital ini, konektivitas sistem pembayaran merupakan salah satu faktor kunci dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi ASEAN.Â
Bank Indonesia memainkan peranan penting dalam memfasilitasi pengembangan konektivitas sistem pembayaran di ASEAN dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Selain itu juga penting bagi negara-negara ASEAN untuk bekerja sama dalam menghadapi dan mengatasi tantangan ini, dalam hal ini melalui kerjasama antar pemerintah, lembaga keuangan, dan para pelaku usaha.Â
Dengan kebijakan-kebijakan tertentu dan kerjasama yang kuat, Indonesia dapat  membangun konektivitas sistem pembayaran yang efektif dan efisien di ASEAN, membuka peluang baru bagi langkah-langkah inovatif dalam perekonomian, mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh wilayah ASEAN, yang pada akhirnya ASEAN siap menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi global.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H