Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Bersama suami dan anak-anak, domisili di Jogja. Pernah belajar di Fakultas Ekonomi UNHAS. Suka membaca di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kapital dalam Setiap Petak Bumi Tempat Kita Berpijak

14 Desember 2010   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_79833" align="alignleft" width="300" caption="Source: toonpool.com"][/caption] Sering mendengar istilah kapital? Kapitalisme? Istilah yang selalu dikonotasikan negatif, padahal setiap kata hanya simbol semantik tanpa nilai. Yang memberi nilai kemudian adalah si pemilik persepsi yang mencermati "kata" tersebut. Setuju nggak? Oh iya, back to capital. Selama ini orang-orang selalu mendefinisikan capital itu berarti modal.. Dan senantiasa terkait dengan yang namanya uang. Tapi apa benar seperti itu? Apa kapital itu hanya uang semata? Menurut Hernando de Soto dalam bukunya"The Mystery of Capital", dalam bahasa Latin abad pertengahan, kata "kapital" (capital) diartikan sebagai seekor sapai atau hewan ternak lainnya, yang merupakan sumber kekayaan penting di samping daging yang mereka sediakan. Contoh misalnya: kambing yang bisa dimanfaatkan dagingnya, bulunya, susunya, dan juga tanduknya. Sapi juga demikian. Lebih jauh lagi, susu yang dihasilkan juga dapat diolah menjadi yoghurt, keju, dan produk-produk olahan lainnya. Dengan demikian istilah kapital berawal dari melakukan dua pekerjaan secara bersamaan, menangkap dimensi fisik aset-aset (dalam hal ini contohnya hewan ternak) sebagaimana potensi mereka untuk menghasilkan nilai tambah. Sehingga bila dikaitkan dengan negara, para ekonom umumnya mendefinisikan "kapital" sebagai bagian dari aset-aset sebuah negara yang mengawali surplus produksi dan meningkatkan produktivitas. Terkait tentang produktivitas, de Soto percaya bahwa Adam Smith dan Karl Max meyakini bahwa kapital adalah mesin yang menggerakkan ekonomi pasar. Bagi Smith, spesialisasi adalah sumber dari produktivitas dan kekayaan bangsa-bangsa. Smith percaya bahwa fenomena kapital adalah konsekuensi dari kemajuan alamiah manusia dari sebuah masyarakat berburu dan meramu, pedesaan serta pertanian, menuju masyarakat perdagangan. Atau secara sederhana, dari fenomena kapital adalah keniscayaan dari perkembangan masyarakat dari tradisional menuju masyarakat modern. Smith menekankan satu hal yang merupakan inti dari misteri kapital: agar aset yang dikumpulkan bisa menjadi kapital aktif dan faktor produksi di dalamnya bisa bekerja, maka ia harus ditentukan dan diwujudkan ke dalam bentuk subjek tertentu "yang berlangsung beberapa waktu, paling tidak setelah itu tenaga buruh tidak diperlukan lagi. Persediaan tenaga buruh dalam jumlah tertentu diperlukan agar bisa dipergunakan di kesempatan lain". Smith mengingatkan bahwa tenaga buruh yang diinvestasikan dalam menghasilkan aset tidak akan lagi mampu menciptakan nilai apabila tidak ditentukan dengan persis. De Soto memaknai kapital yang dimaksudkan Smith bukanlah akumulasi aset itu sendiri, melainkan potensi yang ia miliki untuk menciptakan kegiatan produksi yang baru. Potensi ini bersifat abstrak dan harus diolah menjadi bentuk nyata sebelum kita dapat melepasnya. Dalam hal ini, Soto mengibaratkan kapital seperti potensi energi nuklir dalam batu bata Einstein. Menciptakan kapital juga memerlukan proses konversi semacam itu. Dalam sejarah, kapital telah kehilangan makna intinya.. Setujukah Anda??? NB: review buku Mystery of Capital.. ditambah pendapat-pendapat pribadi.. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun