Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Ibu rumah tangga yang belajar meluangkan waktu untuk membaca setiap hari, harap-harap dapat memetik hikmah kebijaksanaan dari apapun yang ia baca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Milik Kita Bersama

27 Juli 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:33 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Indonesia milik saya, milik kalian, dan milik kita bersama. Tapi kalian lah para calon pemimpin di masa depan. Sementara kami yang sudah tua renta ini hanya lah calon-calon mayat.

Ingat!.. Masa depan Indonesia berada di tangan kalian. Kalian harus menyadari itu sejak awal, anak-anakku. Jadilah pribadi yang jujur dan memiliki integritas dalam memimpin bangsa ini kelak".

Demikian sepenggal nasihat yang disuguhkan kepada kami di Selasa pagi, 20 Juli 2010. Sekitar jam 9.

Pesan itu disampaikan Pak SW kepada kami dalam sambutannya yang terkesan hangat dan menyalakan semangat.

Meskipun kami sempat sedikit tersindir saat ditanyai beberapa pertanyaan tentang sejarah dan kami terbata-bata menjawabnya. Bukan karena gugup. Tapi karena kami yang lupa dengan sejarah. Padahal sejarah bukan lah dongeng. Ia ada. Pernah terjadi. Meskipun di suatu masa di waktu lampau.

Kami merasa bodoh. Begitu bodoh. Tampak bodoh. Atau bahkan memang benar-benar bodoh di beberapa menit itu.

Tapi bukan hanya rasa bodoh itu yang menyebabkan syaraf-syaraf di kepala kami nyut-nyutan memikirkan jawaban pertanyaan beliau. Melainkan sesuatu hal yang lain. Yang mungkin tampak sepele bagi sebagian orang yang lain.

Sesuatu yang disebut generasi yang lupa sejarah.

Naif.

Bodoh.

Menjawab dengan tampang polos seraya berkata

"Mm...lupa pak"

Hhhh...

Mau jadi apa bangsa ini??? Jika calon pemimpin bangsanya saja lupa dengan sejarah!..

Tersindir, tersinggung, sedih, dan cukup menyayat.

Tapi itu benar adanya.

Ternyata kami hanya manusia bentukan zaman. Yang terlalu lama bergegap gempita dengan kehiruk-pikukannya. Hingga akhirnya jika kesadaran itu tidak lah datang, mungkin kami akan terlindas zaman. Dan bagaimana mungkin orang yang terlindas zaman akan mampu memimpin bangsanya kelak? Mampu membawa perubahan baik untuk bangsanya nanti?

Hura-hura.

Itu yang menghiasi sebagian besar ruang di pikiran kami.

That's not a false. Sah-sah kok. Hanya saja kadang kala ada saatnya kita harus bersikap sedikit lebih dewasa. Sedikit saja dan tempatkan pada porsinya masing-masing.

Terlambatkah?

Hmm.. Belum. Insya Allah.

Bismillah..

Terima kasih banyak untuk Pak Satrio Wibowo.. Untuk nasihat, semangat, dan keteladanan Bapak yang senantiasa membuat kami selalu ingin dan berusaha menyontoh keteladanan itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun