Susun langkah pembelajaran dengan jelas dan gamblang, yang mampu dipahami oleh siswa dalam menerima materi ataupun dalam menyelesaikan tugas belajarnya.
Pilih aplikasi termudah yang bisa dipahami oleh siswa.
Jangan paksakan untuk menggunakan aplikasi online bila sumber daya manusia, alam serta sarana prasarananya memang maih minimalis. Gunakan media offline dengan catatan bergambar yang telah disediakan oleh guru. Agar anak didik atau wali murid  bisa mudah memahami apa yang diminta oleh guru.
Utamakan agar mereka bisa mandiri dalam mengerjakan tugas. (Realistis)
Jangan sampai mall praktek. Gak mungkin kan kalau anak TK tugasnya ngeprint. Karena hal ini terbukti terjadi. Penulis yakin gak ada kurikulum di TK untuk tugas presentasi dalam bentuk outline.Â
Bahkan siswa SD pun kalau kelas 1 masih belum punya keterampilan itu, karena juga belum diajarkan disekolah. Jadi realisitis dengan kemampuan anak didik kita, jangan mengukur dari kemampuan orang tua. Karena tetap harus diingat poin 2. Tidak semua orang tua bisa. Dan tidak semua keluarga punya printer di rumah.
Analisis waktu belajar dan penyelesaian tugas .
Belajar dan mengerjakan tugas di rumah, tentu tak seleluasa dengan waktu belajar saat ada di sekolah. Ingat belajar mandiri itu lebih sulit dari pada belajar bersama. Baik secara fisik maupun secara phsikologys.Â
Tentu berfikir berasama dengan bimbingan ahli akan lebih mudah dari pada kerja sndiri, mikir sendiri, terlebih dengan pendamping orang, yang kadang lebih menakutkan dan lebih horor dari teman yang suka membully tapi bisa bantu kerjakan PR.
Buatlah konten yang membuat anak-anak termotivasi untuk belajar.
Jangan kaku hanya terpaku pada konten dalam buku paket saja. Posisikan diri kita sebagai anak didik. Agar mampu merasakan nikmat dan kesulitan yang dihadapinya. Tanyakan kepada mereka permainan apa yang mereka suka, untuk bisa kita adaptasikan dalam media pembelajaran.Â