Mohon tunggu...
Dyah Rahmasari
Dyah Rahmasari Mohon Tunggu... -

simply unbelievable :p

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Catatanku di Eropa: Pungutan Kuliah? No!

30 Mei 2015   04:59 Diperbarui: 29 Desember 2015   13:59 2524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_421410" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Châteauroux, 29 Mei 2014 Hehehe, dari sekian lama saya bergulat dengan proyek dan tugas kuliah, baru sekarang sempat nulis dan memporak-porandakan kinerja verbal imaginary otak. Okay. Fine. Where to start? Oh ya, saya teringat beberapa waktu lalu, 24 Agustus 2014. hari di mana saya mendapatkan penghargaan beasiswa dari Dikti di kampus, seminggu sebelum hari keberangkatan. Saya melihat seorang bapak tua, rambutnya sudah putih, kulitnya sudah sangat keriput, dari berita sebelumnya saya dengar, beliau keberatan dengan biaya pendidikan di kampus kami.

Sebagai perguruan tinggi negeri, memang biaya pendidikan di kampus kami tergolong tinggi, mungkin ada kaitannya karena kami sekolah vokasi dengan biaya operasional tinggi. Belum lagi buku-buku, tugas perkuliahan, operasional, fotokopi. bla bla bla... 4 September 2014, terbanglah saya ke tanah perantauan, lalu daftar ulang tetek-bengek akhirnya kena bayar biaya administrasi sebesar kurang lebih 400 Euro

. (waktu itu kurang lebih 16.000) untuk pendidikan selama satu tahun. Untuk ukuran ekonomi negara ini, 400 Euro
per tahun untuk biaya sekolah itu murah sekali. (Kos saya saja 300 Euro
) PER BULAN. Plus, akan ada bantuan dari badan pemerintah setempat untuk mahasiswa asing berbeasiswa, biaya perkuliahan ditanggung pemerintah, tuh gratis malah. Ah, nanti mungkin di tengah-tengah perkuliahan saya akan membeli buku juga.

Setelah tanda tangan, mendapat kartu pelajar dan sertifikat perkuliahan saya dipersilakan kembali ke peraduan. 29 Mei 2015, hari ini saya mengarang indah begini, sampai saat ini tidak ada biaya di luar 400 Euro yang saya keluarkan (yang notabene gratis) untuk keperluan kampus. TIDAK SEPESER PUN. Tidak untuk buku, alat-alat proyek, dll. Kampus menyediakan referensi/modul perkuliahan gratis, alat-alat project semua dari kampus, kampus menyediakan print dan fotocopy gratis, bahkan untuk pembuatan buku laporan/TA sekalipun dibuat dan difasilitasi di kampus.

Mahasiswa nggak perlu khawatir kekurangan uang untuk biaya kampus, (khawatir untuk biaya makan iya). Jika saya kembalikan ke sistem perkuliahan di Indonesia, akan berbeda sekali, sering saya bolak-balik ke tukang fotokopi, fotokopi ini itu sampai orangnya hafal sama saya, bikin tugas yang otomatis alatnya harus beli sendiri, belum lagi pembuatan buku TA yang habisnya nggak karu-karuan, wong proyek TA sendiri saja udah rela makan Indomie tiap hari. Nah, sekarang saya coba tarik garis lagi, kenapa kampus saya berani memfasilitasi mahasiswanya. misalnya, dalam hal pembuatan buku TA, percaya atau tidak, buku TA saya terbuat dari kertas biasa, print bolak-balik, cover mika, dan buffalo, jilid spiral. selesai, berakhir kucel, dengan stempel hak milik kampus, nggak berakhir di jajaran lemari dan berat sekali bawanya, jujur ini mengapa saya malas pinjam buku TA di kampus lama, berat.

Di sini kucel karena mereka terbiasa keluar masukkan oleh mahasiswa lain sebagai bahan belajar. Dan saya senang melihat jika karya saya banyak bermanfaat. Lagi pula, apa manfaatnya bikin buku cantik dan tebal jika pada akhirnya berakhir di lemari pajangan. mahal lagi. Kemudian proyek mahasiswa, kampus mempunyai beberapa modul pembelajaran, ada modul jadi (sudah dikembangkan sebelumnya) seperti Cart

Motor (Mobil balap hemat energi), atau permainan catur cerdas dengan AI, bahkan project pengembangan robot. Ada project yang lebih sederhana yang dikerjakan per orang. Umumnya proyek-proyek besar yang telah dikembangkan tadi menggandeng lembaga penelitian (sangat banyak ditemukan lembaga penelitian di sini, hampir setiap kota), dosen, dan mahasiswa well-active. biayanya sebagian dari pemerintah, apabila menggandeng perusahaan, maka biayanya dari perusahaan.

Intinya, mereka sangat memanfaatkan tenaga muda dalam negeri. Maka jangan heran jika masuk kampus saya, akan terpampang plakat penelitian di mana-mana. Referensi kuliah? Saya tidak diberikan buku, referensi kuliah hanya berupa catatan penting dari dosen, dan itu diberikan secara cuma-cuma, selebihnya, cari sendiri di internet dan jurnal-jurnal. begitulah cara kerja kampus saya. Memang kita tidak sekaya mereka, tapi bahkan mereka yang kaya pun sangat sederhana. Yang penting adalah kualitas, bukan kuantitas. Let’s fight! Original post : http://rahmasaridyah.tumblr.com/post/120215603800/pungutan-oh-pungutan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun