Mohon tunggu...
Dyah Puspita
Dyah Puspita Mohon Tunggu... profesional -

Ibu dari seorang anak autistik yang sudah dewasa, pekerja keras, bertanggung jawab.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapan Anak Autis Siap Untuk Sekolah?

4 April 2012   16:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:02 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itu sering sekali ditanyakan guru maupun orangtua. Bagaimana menjawabnya? Lalu, apa saja pilihan sekolah yang mungkin tersedia di sekitar kita? Bagaimana memilih yang terbaik dari sekian banyak?

Tidak mudah menjawab pertanyaan di atas. Masalahnya, dimana ia akan bersekolah nantinya? Hal ini penting karena setiap sekolah memiliki persyaratan tersendiri. Misal, anak akan dimasukkan ke sekolah konvensional dimana semua anak harus duduk rapi selama 1 jam untuk mendapatkan pelajaran, maka anak kita yang masih mondar-mandir dan hanya bisa diam maksimal 2 menit pastinya gugur sejak tes masuk. Atau, sekolah sasaran adalah sekolah yang mengutamakan keterampilan ekspresi, maka anak yang non-verbal ataupun terbatas verbalisasinya, akan segera masuk ke kotak “dipertimbangkan hanya bila”…

Jadi, apa ciri atau tanda bahwa seorang anak sudah siap sekolah? Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, sepertinya kunci semuanya adalah kontak anak dengan lingkungan. Sudahkah  ia sadar dan tertarik akan apa yang terjadi di sekitarnya?

Ke dua, pemahaman. Bila ia belum paham hal paling sederhana sekalipun seperti instruksi ‘ambil’ atau ‘duduk’ (dan berbagai konsep lainnya sesuai usia perkembangan), tentu saja akan sangat sulit baginya mengikuti pembelajaran di sekolah.

Ke tiga, kemampuan untuk bersikap tertib. Bagaimanapun pintarnya seorang anak autistik akan sangat menyulitkan bila ia tidak bisa menjaga perilakunya dan tidak bisa diatur.

Ke empat, kemampuan berkomunikasi. Meski belum lancar, kemampuan anak menjawab pertanyaan atau sedikitnya menjawab ‘ya’ dan ‘tidak’ akan sangat mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan.

Ke lima, kemampuan anak untuk berbagi perhatian. Bila anak autis sudah terbiasa menerima instruksi di tengah orang banyak, kesempatannya untuk mengikuti proses belajar di kelas lebih besar dibandingkan mereka yang harus ditangani secara personal. Meskipun lima ciri ini terkesan berat bagi sebagian orang, semua ini bisa dicapai melalui penanganan terpadu, intensif, dan fokus.

Maka orangtua kemudian dihadapkan pada pertanyaan berikut, “sekolah seperti apa yang terbaik untuk anak saya yang autis?”. Pertanyaan yang mudah dijawab, tetapi sulit direalisasikan. Mengapa demikian?

Menurut UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, setiap warganegara punya hak sama untuk peroleh pendidikan bermutu. Anak dengan kelainan fisik, emosi, mental intelektual dan atau sosial berhak peroleh pendidikan khusus. Berarti, anak autistik yang memiliki kemampuan, tentunya bisa diterima di sekolah manapun karena hal itu berkaitan dengan haknya sebagai warganegara. Atau, misal ia tidak mampu bersekolah di sekolah reguler, harusnya memang sudah ada sekolah khusus untuk anak autistik di setiap wilayah. Jadi, bila mengacu pada peraturan tersebut, jawaban pertanyaan itu harusnya anak autis bisa sekolah dimana saja, bukan?

Nyatanya, beberapa sekolah yang memang menerima anak autis tidak sepenuhnya memberikan penanganan. Atau bila memang memberikan penanganan, seringkali biayanya tidak terjangkau.  Atau, hanya ada di daerah tertentu… Maka, sebagian besar orangtua hanya bisa memilih di antara sekolah umum (nasional, nasional plus, sekolah islam terpadu, sekolah swasta), sekolah luar biasa (bercampur dengan semua jenis kebutuhan khusus), sekolah luar biasa khusus autis, atau tida bersekolah sama sekali dan hanya menjalani pendidikan informal (kursus, terapi).

Dari sedikit pilihan itu, sebetulnya, bentuk sekolah seperti apa yang paling dianggap tepat? Quinn (2006) menyebutkan bahwa mengingat individu autistik tidak pernah ada yang sama, maka harusnya pendidikan khusus dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan unik setiap individu. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimum, dalam hal pendidikan, sosial dan vokasional.

Maka harusnya setiap bentuk pendidikan bagi individu autistik bersifat unik, tertuju pada kebutuhan setiap individu, sehingga tidak mungkin diseragamkan. Apakah itu sekolah, kursus, ataupun terapi, harusnya program yang dirancang sangatlah khusus. Oleh karena itu, sekolah yang menerima anak autistik seharusnya memiliki Individual Educational Program (IEP) atau Program Pembelajaran Individu (PPI). Sekolah yang menerima anak autis tapi tidak menyediakan kemungkinan modifikasi pada materi (sesuai kondisi anak), bukanlah sekolah yang ideal. Hanya sedikit sekali anak autis yang akan berhasil menaklukkan seolah, bila tidak ada modifikasi sama sekali. Pengaturan atau modifikasi materi (termasuk tampilan) menjadi esensiil.

Selain itu, mengingat anak autistik masih sering asik dengan diri sendiri sehingga mengabaikan instruksi dari pengajar, Quinn (2006) menjabarkan pentingnya memper-timbangkan penggunaan shadow teacher selama waktu tertentu. Bila sekolah melihat adanya kebutuhan tersebut, harusnya tidak ada permasalahan dalam penggunaan guru pendamping di sekolah.

Jadi, bagaimana kalau kita mau mencari sekolah terbaik untuk anak autis kita?  Cara berikut ini semoga bisa membantu:

1. Kenali anak anda. Seperti apakah ia ketika belajar di dalam kelas? Verbal kah ia? Bisa fokus kah ia? Biasa kah ia belajar dalam kelompok besar? Ada masalah atau tidak dengan input sensori?

2.Selidiki lingkungan anda, tanya lah kepada siapa saja untuk mencari sekolah yang prospektif. Bila tidak ada, perluas penyelidikan hingga ke wilayah terdekat.

3. Datangi sekolah sasaran Anda, tanyai orangtua yang anaknya sudah menjadi siswa di sekolah tersebut. Lebih baik lagi bila ada anak kebutuhan khusus disitu. Tetapi bila tidak ada, bertanyalah kepada diri sendiri, “lalu, anak saya, bagaimana?”

4. Perhatikan perilaku siswa-siswa di sekolah yang Anda kunjungi. Sesuaikan dengan gambaran Anda mengenai bentuk sekolah ideal untuk anak Anda.

Yang penting sebetulnya bukan, dimana anak Anda akan bersekolah, tetapi, apa yang akan ia peroleh melalui sekolah tersebut dan bagaimana ia memanfaatkan ilmu pengetahuan itu.

Dyah Puspita A, Monareh, psikolog, ibu dari Ikhsan Priatama, autistik, 21 tahun.

==

Quinn MD, Campion (2006) 100 Questions and Answers About Autism, Jones and Bartlett Publishers, NY, Rockville Center.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun