Mohon tunggu...
dyahmeritha
dyahmeritha Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Gak tau kenapa aku merasa hanya lewat tulisan aku bisa menggambarkan semua perasaan, pikiran yang aku pikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Taukah Moms, Tidak Dianjurkan Mengatakan "Jangan" pada Anak?

2 Desember 2024   06:48 Diperbarui: 2 Desember 2024   06:51 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

*Mengapa Tidak Boleh Mengatakan "Jangan" pada Anak?*

Sebagai orang tua atau pengasuh, kita sering menggunakan kata "jangan" saat menghadapi perilaku anak yang kurang sesuai. Misalnya, "Jangan lari-lari," "Jangan main handphone terus," atau "Jangan berteriak." Meskipun maksudnya baik, penggunaan kata ini secara berulang dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan emosional dan psikologis anak.  

Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan kata "jangan" sebaiknya dihindari, beserta alternatif yang lebih efektif:  

*Menghambat Proses Berpikir Anak* 

Kata "jangan" bersifat negatif dan tidak memberikan arahan yang jelas. Anak sering kali tidak tahu apa yang harus dilakukan sebagai pengganti dari perilaku yang dilarang. Misalnya, jika Anda mengatakan, "Jangan lompat-lompat di sofa," anak mungkin merasa bingung tentang apa yang boleh dilakukan. Sebagai gantinya, berikan arahan positif, seperti, "Duduklah dengan tenang di sofa."  

*Meningkatkan Rasa Penolakan*

Sering mendengar kata "jangan" dapat membuat anak merasa ditolak atau tidak diterima. Hal ini dapat memengaruhi hubungan emosional antara anak dan orang tua. Lebih baik fokus pada apa yang bisa dilakukan anak untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya, "Kita main di lantai saja ya, lebih aman."  

*Mendorong Anak Melakukan Hal yang Dilarang*

Anak kecil cenderung penasaran dan ingin mencoba hal baru. Ketika dilarang dengan kata "jangan," mereka justru merasa terdorong untuk melanggar larangan tersebut karena rasa ingin tahu. Misalnya, jika Anda mengatakan, "Jangan sentuh itu," anak mungkin malah tertarik untuk mencobanya. Alih-alih melarang, beri penjelasan seperti, "Benda itu panas, nanti kamu bisa terluka."  

*Membatasi Kreativitas dan Kemandirian*  

Jika anak terus-menerus mendengar kata "jangan," mereka bisa merasa takut untuk bereksplorasi atau membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat membatasi kreativitas dan kemandirian mereka. Sebaiknya, beri mereka kebebasan dengan batasan yang jelas, seperti, "Kalau mau memanjat, pastikan tempatnya aman, ya."  

---> Alternatif Penggunaan Kata "Jangan"  

Untuk menghindari penggunaan kata "jangan," cobalah menggantinya dengan kalimat positif yang memberikan solusi. Berikut beberapa contoh:  

- **Daripada**: "Jangan berlari-lari di rumah."  

  **Ubah menjadi**: "Berjalanlah pelan-pelan di dalam rumah supaya tidak jatuh."  

- **Daripada**: "Jangan buang sampah sembarangan."  

  **Ubah menjadi**: "Sampahnya dibuang di tempat sampah, ya."  

- **Daripada**: "Jangan teriak-teriak."  

  **Ubah menjadi**: "Bicaralah dengan suara pelan supaya kita bisa mendengar dengan jelas."  

#Kesimpulan  

Mendidik anak dengan menghindari kata "jangan" bukan berarti membiarkan mereka melakukan segala hal sesuka hati. Sebaliknya, kita perlu mengganti pendekatan dengan memberikan arahan yang jelas, positif, dan mendukung perkembangan mereka. Dengan demikian, anak akan merasa lebih dihargai, didengar, dan mampu memahami batasan dengan cara yang sehat dan konstruktif.  

Mengubah cara komunikasi membutuhkan kesabaran dan latihan, tetapi hasilnya akan membantu membangun hubungan yang lebih harmonis antara orang tua dan anak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun