Mohon tunggu...
Dyah Kirana
Dyah Kirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan di Universitas Jember

Halo! Aku Dyah Kirana mahasiswi tahun keempat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UNEJ. Tertarik di bidang moneter, keuangan, perbankan, dan pasar modal. Platform ini akan aku gunakan sebagai penyampaian opini yang berkaitan dengan isu-isu terbaru khususnya di Indonesia. So, for those of you who want to discuss about everything what I wrote here, I appreciate it because it's for better me in the future!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Ekonomi: Potensi dan Tantangan CBDC di Indonesia

3 November 2024   09:24 Diperbarui: 3 November 2024   17:24 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jember, 3 November 2024 - Dewasa ini, dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan masifnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan. Inovasi teknologi telah merubah seluruh kehidupan masyarakat di dunia menjadi lebih mudah namun juga bahaya.  Salah satu inovasi teknologi pada aktivitas ekonomi terutama di sektor perbankan adalah munculnya Central Bank Digital Currency (CBDC). Di Indonesia, isu ini masih menjadi perbincangan mengingat adanya tantangan yang akan dihadapi oleh kedaulatan Rupiah dan stabilitas ekonomi nasional. Oleh karena itu, diskusi mengenai CBDC di Indonesia tidak hanya mencakup aspek teknis dan keamanan, tetapi juga menyentuh dimensi kedaulatan ekonomi dan dampaknya terhadap kebijakan moneter.

Central Bank Digital Currency (CBDC) merupakan mata uang digital resmi negara yang akan diterbitkan dan diatur oleh Bank Sentral, dalam hal ini adalah Rupiah digital dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pembayaran domestik dan kebijakan moneter. Rupiah digital sendiri merupakan Rupiah dalam format digital yang dapat digunakan sama seperti uang fisik (uang kertas dan uang logam), uang elektronik (berbasis chip dan server), serta alat pembayaran menggunakan kartu (seperti kartu debit dan kartu kredit) yang saat ini digunakan oleh masyarakat. Potensi besar ditawarkan dari adanya CBDC di Indonesia dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran dan memperkuat kontrol terhadap kebijakan moneter. Di satu sisi, keberadaan CBDC dapat mempercepat transaksi, mengurangi biaya transaksi, dan meningkatkan inklusi keuangan. Namun, di sisi lain, muncul pertanyaan penting tentang bagaimana CBDC dapat memengaruhi kedaulatan mata uang Rupiah.

CBDC merupakan sebuah kebutuhan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perilaku konsumen yang semakin digital. Di Indonesia, adopsi teknologi digital terus meningkat sehingga CBDC dapat menjadi jawaban atas kebutuhan akan sistem pembayaran yang lebih efisien dan aman. Namun, saat mengadopsi CBDC, penting untuk mempertimbangkan potensi dampaknya terhadap sistem keuangan yang ada dan bagaimana dampaknya terhadap kedaulatan ekonomi Indonesia. Salah satu dilema utama terkait pengembangan CBDC adalah risiko dari penggunaan teknologi asing, di mana adopsi CBDC yang berbasis pada teknologi asing dapat menyebabkan kedaulatan Rupiah terancam. Misalnya, jika CBDC Indonesia bergantung pada infrastruktur teknologi yang dikuasai oleh negara lain, maka kontrol atas mata uang digital tersebut bisa berpindah tangan ke pihak-pihak luar. Tentu hal tersebut berpotensi menimbulkan risiko dalam hal privasi data, keamanan transaksi, dan stabilitas ekonomi nasional.

Selain itu, perlu diingat bahwa CBDC dapat memengaruhi sistem perbankan komersial. Dengan hadirnya mata uang digital bank sentral, masyarakat mungkin lebih memilih untuk menyimpan dan bertransaksi menggunakan CBDC daripada melalui bank komersial. Hal ini dapat mengurangi likuiditas yang tersedia bagi bank-bank tersebut dan pada akhirnya memengaruhi kemampuan perbankan dalam memberikan kredit kepada masyarakat dan bisnis. Jika perbankan tidak dapat berfungsi secara efektif, maka stabilitas sistem keuangan Indonesia dapat terancam yang pada gilirannya berdampak pada kedaulatan ekonomi.

Di tengah dinamika ekonomi global, beberapa negara telah mulai mengembangkan dan menguji coba CBDC seperti China yang telah meluncurkan Yuan digital sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan kontrol terhadap sistem keuangan dan ekonomi domestik. Sementara itu, negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa juga sedang mempertimbangkan pengembangan CBDC. Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara, perlu mengambil langkah yang hati-hati agar tidak tertinggal dalam perlombaan ini. Namun, penting untuk memastikan bahwa langkah yang diambil tetap menjaga kedaulatan Rupiah.

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter telah meluncurkan Proyek Garuda yang merupakan inisiatif dalam hal pengarahan eksplorasi desain Central Bank Digital Currency (CBDC) Indonesia, yang dikenal sebagai Digital Rupiah. Digital Rupiah merupakan kontribusi Bank Indonesia untuk negara dalam upayanya mempertahankan kedaulatan Rupiah di era digital. Proyek ini merupakan pelengkap bagi berbagai inisiatif Bank Indonesia dalam mendorong agenda transformasi digital nasional, khususnya dalam mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital secara menyeluruh. Hal ini sejalan dengan upaya yang sudah diarahkan melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025) dan Blueprint Pengembangan Pasar Uang 2025 (BPPU 2025).

Pentingnya peraturan dan kebijakan yang jelas juga tidak bisa diabaikan. Dalam pengembangan CBDC, pemerintah Indonesia harus menetapkan kerangka hukum yang kuat dan transparan untuk melindungi kepentingan masyarakat yang mencakup perlindungan terhadap data pribadi pengguna, keamanan siber, dan stabilitas ekonomi. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan pihak swasta sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan CBDC yang aman dan efisien.

Tidak hanya itu, edukasi kepada masyarakat mengenai CBDC juga menjadi faktor kunci keberhasilan proyek ini. Masyarakat perlu memahami apa itu CBDC, manfaat, dan potensi risikonya. Dengan edukasi yang baik, masyarakat akan lebih siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi dan mengurangi ketidakpastian yang mungkin timbul akibat ketidaktahuan.

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan Central Bank Digital Currency di Indonesia merupakan langkah yang penuh tantangan namun juga memiliki potensi. Dalam konteks kedaulatan Rupiah, Indonesia harus berhati-hati agar tidak hanya mengikuti tren global tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap sistem ekonomi dan keuangan domestik, namun juga sebagai kemajuan inovasi teknologi di sektor perbankan dan keuangan. Melalui pendekatan yang strategis dan inklusif, serta regulasi yang kuat, Indonesia dapat mengembangkan CBDC yang tidak hanya memajukan inovasi, tetapi juga menjaga kedaulatan ekonomi dan stabilitas Rupiah. Ini adalah dilema yang harus dihadapi oleh Indonesia di tengah inovasi global dan keputusan yang diambil hari ini akan menentukan arah perekonomian di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun