Mohon tunggu...
dyah imani
dyah imani Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang guru di SDIT Anak Sholeh Sedayu Bantul. ibu dari 3 orang putra. kesehariannya berada di sekolah membersamai para siswa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Si Kecil Terkunci di Dalam Mobil

13 Desember 2022   19:26 Diperbarui: 13 Desember 2022   20:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Waktu itu, mama harus bepergian tiga hari untuk suatu pelatihan. Tidak menginap, hanya sampai menjelang maghrib acaranya. Tidak mudah untuk mendapat izin dari si Ayah karena memang kondisi wabah covid-19 yang masih mengintai kelengahan kita. Akhirnya setelah negosiasi alot dengan si ayah, mama pun mendapat izin. Hari pertama, berangkatlah mama dengan beberapa teman. Ada sekitar delapan orang dari sekolah yang sama. Alhamdulillah hari pertama dan kedua lancar dan tidak ada kendala.


Sampailah pada hari ketiga, hari terakhir pelatihan. Baru 10 menit dalam perjalanan pulang menumpang mobil milik seorang teman, ada pesan whatsapp masuk  dari si ayah. "Nanti tak critani, barusan kakak dan adik bikin geger sekomplek". Makdeg, langsung lah pikirian ini terbang menerawang kemana-mana. Ada apa gerangan?
 
Lalu kubalas telpon tapi tidak diangkat. Kucoba lagi beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Duh..ada apa nih? Penasaran, bingung dan semrawut pikiranku. Gelisah langsung menyergap ragaku, sudah klesat kleset dudukku. Hingga teman satu mobil tersadar ada yang tidak biasa denganku. "Ada apa, Dy?" Tanya mereka. "Belum tahu nih, si ayah kirim pesan whatsapp bikin penasaran. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan anak-anak di rumah". Jawabku.

Kucoba tunggu kabar dari ayah dan anak-anak di rumah. Kutenangkan diri dengan beristighfar dalam hati. Perjalanan sekitar 1 jam, sehingga harus lebih bersabar lagi menunggu kabar dari rumah. Beberapa menit kemudian, pesan whatsapp masuk lagi. Ayah menceritakan kejadian itu dengan kronologi yang begitu runtut, panjang dan lebar. Tumben sekali si ayah memberiku pesan sepanjang dan selebar ini.


Bermula ketika ayah telah menjemput anak-anak dari tempat pengasuhan/day care. Sesampai di rumah, ayah dan anak - anak masuk rumah. Mobil pun sudah dimatikan. 

Lalu si ayah berpamitan mandi dan meminta tolong kakak menjadi adik. Setelah bermain di sekitar rumah, tetiba kakak mengambil kunci mobil dan membawa adik masuk dan bermain di dalam. Setelah ayah selesai mandi, menengok ke depan melihat mobil sudah dalam kondisi mati. Namun, terlihat si kakak mondar mandir di sekitar mobil. Ayah memandang ke sekeliling mencari adik, matanya terus berputar mencari anak usia 22 bulan tersebut. Tidak ada. Kemana gerangan?

Seketika ayah berlari keluar dan bertanya ke kakak. "Adik di mana?" Tanya ayah. "Di mobil, Yah" jawab kakak. Seketika ayah panik karena adik di dalam mobil beserta kuncinya. Dan kebetulan kita tidak punya kunci cadangan.

Ayah mendekat ke mobil memberikan arahan ke adik agar memencet remote immobilizer. Adik belum paham, dia hanya berpindah dari kursi sopir ke kursi penumpang. Bolak balik pindah pindah dari depan ke belakang. 

Ayah semakin panik, melihat kakak juga tampak kebingungan. Ingin rasanya dia memarahi  kakak, hanya pikirnya percuma saja. Toh setelah dimarahi, adik juga masuk terkunci di dalam. Akhirnya kakak diminta cari bantuan tetangga sekitar. Sambil menunggu bantuan, ayah kembali mengarahkan adik untuk memencet mencet kuncinya, sudah sempat kepencet tapi posisi jempolnya adik di balik tombol remote, jadi tidak bisa terpencet kan?

Ayah tambah panik sehingga mengarahkan dengan teriak dan suara kencang. Tetangga mulai berdatangan. Melihat banyak yang datang, adik mulai panik dan menangis. Keringat terlihat sudah mulai bercucuran di tubuhnya. Ya Allah Ya Rabb, mama baca whatsaap nya ikut gemetar. Beberapa warga menyarankan memecahkan kaca atau merusak paksa kunci belakang mobil. 

Ayah sudah mulai menyerah sehingga menyetujui usul tersebut. Sambil menunggu tukang kunci datang, ayah kembali menenangkan diri dan mengarahkan adik lagi. Beberapa warga diminta menjauh dari mobil karena membuat adik takut dan panik. Adik histeris dan memukul kaca mobil minta keluar. Dia kembali memencet remote mobil dengan semangat dan tidak terkontrol..lalu duugggg...kunci mobilnya jatuh terlempar ke bawah!

Jantung ayah berdegup semakin kencang. "Astaghfirulloh, malah kuncinya jatuh di bawah kursi!", Lirihnya. Lalu ayah kembali berusaha mengarahkan adik untuk ambil kunci tersebut. Ternyata adik bisa mengambil kuncinya. Adik berusaha memencet mencet lagi tapi belum berhasil memencet tombol unlocknya. Adik semakin histeris dan menjerit-jerit. Ayah tidak kehilangan akal. Ayah teringat kalau adik suka lagu Cicak-Cicak di Dinding. Dibukalah handphone-nya dan dibuka aplikasi Youtube dan diputar lagu tersebut. Ayah mendekatkan dan menempelkan handphone-nya di kaca. Adik mulai mendekat dan terlihat mulai tenang.

Sejurus kemudian ada tetangga yang menyampaikan untuk diberi contoh pencet pakai kunci mobil tetangga tersebut. Ayah berusaha mencontohkan cara pencet remotenya. Adik mulai menirukan dan berusaha memencet-mencet lagi. Dicoba terus pencet pencet semampu dia. Dan akhirnya...KLIKK... Bunyi kunci terbuka. Seketika ayah langsung menarik handle pintu dan menarik adik keluar. Dipeluk dan diciuminya adik dengan rasa bahagia dan terharu. "Alhamdulillah anakku selamat" gumamnya.

Mama yang saat membaca pesan itu di dalam mobil pun ikut berlinang air mata. Ikut merasakan kepanikannya. Dalam hati bersyukur atas pertolonganNya. Menyadarkan kita sebagai orangtua harus lebih berhati - hati lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun