Kemungkinan dahulu pedati ini ditarik oleh kerbau ataupun sapi yang ada di Pulau Bojo. Alat angkut seperti ini sangat penting keberadaannya di Pulau Bojo.
Sebab, jarak antara tempat pendaratan perahu dengan lokasi mercusuar relatif cukup jauh sehingga jika membawa sesuatu yang berukuran besar ataupun berat dari pulau seberang untuk menuju lokasi mercusuar, diperlukan alat bantu seperti ini.Â
Selain bangunan-bangunan yang berada di dalam kompleks mercusuar, terdapat beberapa unit bangunan lainnya yang berada di luar area mercusuar ini.
Saat pertama kali mendaratkan boat di Pulau Bojo, sudah terlihat beberapa buah bangunan yang berdiri di tepi pantai. Salah satunya hanya menyisakan sebagian dindingnya saja. Namun yang lainnya tampak relatif cukup baik kondisinya. Selain itu juga terdapat sebuah sumur tua yang saat ini tidak difungsikan lagi.Â
Berdekatan dengan lokasi mercusuar, ± berjarak 100 m ke arah timur, di dalam hutan terdapat sebuah kuburan Belanda. Kuburan ini terbuat dari semen dan saat ini telah dalam kondisi rusak dan tidak terawat.
Badan makamnya berukuran panjang 280 cm dan lebar 144cm. Kuburan ini berorientasi barat laut – tenggara. Tidak diketahui dengan jelas mengenai orang yang dikuburkan di sini karena baik masyarakat maupun penjaga mercusuar tidak dapat memastikan mengenai identitas dari pemilik kuburan ini.
Keberadaan mercusuar Pulau Bojo ini terkait erat dengan jalur laut dari wilayah Sumatera Barat menuju Kepulauan Batu. Di saat inipun kapal perintis dan kapal cepat dari Sumatera Barat akan menyinggahi Pulau Tanahbala sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pulau Tello yang berada lebih ke arah utara.
Sedangkan Pulau Bojo merupakan pulau yang berada di sisi paling selatan dari gugusan Kepulauan Batu. Bangunan navigator ini menandai jalur antara Kepulauan Batu dengan Pulau Siberut yang mengarah ke Pelabuhan Padang.