Mohon tunggu...
Inovasi

Multimedia Journalism: Jurnalis dan Media Masa Kini

8 April 2016   07:41 Diperbarui: 8 April 2016   07:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Multimedia Journalism (Dok: www.youth.gov.hk)"][/caption]Jurnalisme online saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sifatnya yang cepat dan mudah digunakan membuat siapa saja dapat mengunggah hasil tulisannya ke dalam sebuah website. Website dalam jurnalisme online tidak hanya sekedar surat kabar, yang hanya dapat dinikmati tulisannya saja. Website memiliki foto dan video sebagai penunjang tulisan jurnalis tersebut, bahkan tidak jarang ditampilkan infografis sebagai data penunjang. Sebuah website telah menjadi multiplatform yang sangat lengkap untuk dikunjungi oleh para pengguna internet.

Pembaca memiliki banyak pilihan dalam memperoleh berita. Versi cetak, audio, dan video menjadi satu kesatuan plattform yang lengkap dalam menyajikan berita. Pembaca berita bahasa inggris dapat memperoleh berita dari beragam format. Kompetisi menjadi global, antar pembaca yang berasal dari pendidikan tinggi, menengah, maupun menengah kebawah. Pengguna internet yang meningkat setiap tahun juga menjadi salah satu indikator semakin meningkatnya persaingan produksi berita online yang saat ini menuju pada ranah multimedia.

Multimedia adalah kombinasi dari beragam media, tidak hanya media cetak yang berisi teks dan foto maupun media televisi yang berisi video dan audio. Konsep interaktivitas tidak hanya dilihat dari seseorang mengklik sebuah link di laman tertentu, namun ia benar-benar dapat terlibat berinteraksi di dalam website tersebut. Contoh interaktivitas keterlibatan seseorang dalam situs tertentu, orang tersebut dapat memberikan kontribusi bentuk nyata untuk mendukung gerakan atau kebijakan tertentu. Gerakan “I Hope So Too” merupakan salah satu bentuk interaktivitas yang benar-benar terjadi di Amerika, gerakan ini berisikan harapan warga Amerika menjelang kepemimpinan Presiden Obama. Harapan tersebut dapat didukung oleh para pengunjung situs dengan mengklik pilihan “I Hope So Too”, maka pengunjung situs sudah berpartisipasi dalam situs ini. Contoh lain terjadi di New York, yaitu sebuah pesawat yang jatuh ke sungai, New York Times menghadirkan animasi untuk menceritakan kronologi saat pesawat akan terjatuh. Maka, masyarakat akan mengetahui gambaran peristiwa itu terjadi.

Media digital menjadi cara yang baru untuk menceritakan sebuah peristiwa bagi para jurnalis. Jurnalis dapat lebih mampu untuk mengeksplor kemampuan menulis yang dimiliki dan tidak hanya jurnalis yang dapat melakukan ini, namun semua orang dapat menuliskan segala sesuatu di dalam media digital. Media digital memungkinkan seseorang bercerita secara lengkap secara keseluruhan yang berkelanjutan, yang menghubungkan semua pengguna di dalam segala aspek.

Terdapat lima hal yang harus dikuasai oleh seorang jurnalis, yaitu mengumpulkan (gather), memilih (select), memproduksi (produce), mendistribusikan (distribute), dan menafsirkan (interpret). Proses mengumpulkan yaitu saat jurnalis harus dapat melakukan observasi, pengamatan, dan interview terhadap suatu objek. Jurnalis harus mampu memilih dan menyeleksi peristiwa yang dapat dijadikan berita. Setelah itu, berita diproses melalui penulisan dan penyuntingan yang dilakukan oleh jurnalis.Tulisan yang telah menjadi berita, kemudian disebarluaskan dapat melalui broadcast atau diunggah dalam website. Tidak berhenti sampai disitu saja, seorang jurnalis juga harus dapa menganalisis, memberikan komentar, dan mendiskusikan suatu peristiwa sebagai bentuk wacana kritis dari seorang jurnalis.

Jurnalis memiliki beberapa media yang digunakan untuk menunjang tulisan yang dihasilkan, seperti foto, audio, video, infografis, dan animasi. Seorang jurnalis tidak hanya dituntut memiliki lima kemampuan seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi dibutuhkan kemampuan tambahan untuk menunjang pekerjaannya. Kemampuan tersebut diantaranya, photojournalism, pengumpulan dan penyuntingan audio dan video, data journalism, desain grafis, dan program komputer.

Kemampuan tambahan ini tentunya tidak dapat dimiliki oleh semua jurnalis, dibutuhkan latihan, mengeksplor lebih dalam, dan juga kemauan dalam mempelajari kemampuan tambahan tersebut. Jika seorang jurnalis tidak memiliki passion di bidang desain grafis, maka ketika ia belajar pun hanya akan belajar semampunya, tidak akan menggunakan energi belajarnya secara maksimal. Maka dari itu, alangkah baiknya jika setiap jurnalis memiliki kemampuan tambahan yang memang sesuai dengan passion yang dimilikinya dan ditekuni secara terus menerus, sehingga menjadi softskills yang menunjang karir jurnalismenya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun