Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran secara daring juga memiliki tantangan khusus dan hambatan yang tidak ditemukan dalam sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Tantangan khusus tersebut adalah jarak lokasi antara para mahasiswa dengan para dosen yang dimana dosen tidak dapat mengawasi secara langsung aktivitas mahasiswa selama pembelajaran. Sehingga keefektifan akan diberlakukannya pembelajaran secara daring ini perlu dipertanyakan.Â
Khan (2012) berpendapat bahwa sebaiknya pembelajaran daring tidak diselenggarakan dalam waktu yang lama dalam jangka waktu satu harinya karena tingkat pertahanan konsentrasi mahasiswa pada pembelajaran daring lebih lemah dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka.
Dengan tingkat konsentrasi yang rendah tersebut, dapat menyebabkan mahasiswa untuk kesulitan dan menerima dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan dosen dalam perkuliahan yang kemudian hal ini akan menimbulkan anxiety kepada para mahasiswa.Â
Selain itu anxiety pada mahasiswa juga dapat disebabkan karena (1) banyaknya materi perkuliahan yang dipelajari, (2) kurangnya interaksi dengan dosen, (3) kualitas mengajar dosen, (4) metode mengajar dosen, (5) lingkungan belajar, dan (6) banyaknya tugas yang diberikan dosen (Yusoff, M.S., Rahim A.F. 2010, & Yaacob, M. J., 2010).
Seperti yang diketahui stress akan menimbulkan dampak negatif (Rasmun, 2004), terutama pada kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam perkuliahan seperti yang telah dikemukakan oleh Hasanah, U., Ludiana, Immawati, & Livana (2020) bahwa efek samping dari munculnya stress akibat pembelajaran secara daring yaitu:
- Penurunan konsentrasi serta pemusatan perhatian dalam perkuliahan,
- Penurunan minat kepada hal yang dipelajari dalam perkuliahan,
- Terjadinya demotivasi diri, dan
- Menimbulkan perilaku kurang baik (merokok, meminum alkohol, dll.)
Masalah serangan gangguan kecemasan yang diderita mahasiswa apabila tidak segera ditangani dan ditindaklanjuti dapat menimbulkan gangguan psikologis lainnya yang lebih serius seperti depresi.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Maia, dkk. (2020), menunjukkan hasil bahwa siswa yang telah dievaluasi dalam periode pandemi ini memiliki tingkat kecemasan, depresi, dan stress yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa pada masa normal. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya anxiety attack ini yang dapat dilakukan secara individu oleh mahasiswa maupun dari bantuan pihak luar seperti lingkungan keluarga.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk mencegah terjadinya ancaman gangguan kecemasan antara lain adalah mengatur jadwal antara perkuliahan dengan kegiatan rumah, memiliki istirahat yang cukup, melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara rutin, melakukan kegiatan yang disukai, bersosialisasi dengan keluarga atau orang lain, dll. Lalu, hal yang dapat dilakukan oleh keluarga dari mahasiswa adalah dengan memberikan lingkungan rumah yang nyaman dan sehat sehingga dapat memberikan mahasiswa suasanya belajar yang nyaman dan mahasiswa dapat fokus terhadap perkuliahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H