Seberapa Bahayakah Kanker Serviks?
Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi nomor dua di Indonesia. Kanker serviks adalah suatu keganasan yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol. Sebanyak 95 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus atau HPV.
Menurut data Globocan, terdapat 36.633 kasus kanker serviks di Indonesia tahun 2021, dan tentunya angka tersebut terus meningkat setiap tahun. Risiko kematian kanker serviks cenderung tinggi namun dapat dicegah dan diketahui sejak dini dengan pemeriksaan Pap Smear. Pap Smear dapat mendeteksi adanya perubahan - perubahan yang bersifat pra-kanker. Apabila kelainan yang muncul langsung diterapi, maka kanker biasanya tidak akan berkembang.
Apa itu Pap Smear?
Pap Smear merupakan alat untuk dapat mendeteksi dini kanker serviks dan berguna sebagai alat pemeriksaan penyaring atau skrining maupun pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan pra kanker dapat terdeteksi sehingga pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. Â Pap Smear memberikan gambaran dalam mengetahui sejauh mana infeksi Human Papillomavirus (HPV) sehingga berguna dalam menentukan pengobatan atau tindakan medis selanjutnya.
Pap Smear sangat mudah dilakukan.Keakuratannya dalam mendeteksi kanker serviks sebesar 90 persen, sehingga dapat mendeteksi kanker serviks lebih dini. Perempuan yang menjalankan Pap Smear dan ternyata terdeteksi adanya kanker, akan mendapatkan pengobatan awal sebelum kanker tersebut memasuki stadium lanjut, sehingga peluang keberhasilan tinggi. Namun jika seseorang yang memiliki kanker tidak melakukan deteksi dini, maka kondisi akan semakin parah dan sulit untuk disembuhkan, bahkan dapat berakhir dengan kematian.
Bagaimana Pap Smear Mencegah Kanker Serviks?
Sekitar 85 persen kanker serviks terjadi di negara-negara berkembang, di mana sebagian besar perempuan belum pernah melakukan skrining, dan kanker ini cenderung terdiagnosis pada stadium lanjut ketika pengobatan kurang memungkinkan dan memiliki peluang keberhasilan yang sangat kecil. Jadi diperlukan deteksi kanker serviks sedini mungkin mengingat banyak kasus kanker yang terlambat dideteksi. Salah satu deteksi dini kanker serviks adalah Pap Smear.
Studi yang dilakukan pada tahun 2018 di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada kejadian kanker serviks stadium awal dan akhir selama tiga dekade terakhir terhadap meluasnya skrining Pap Smear. Penelitian ini memperkirakan 105.000 hingga 492.000 kasus kanker serviks dapat dicegah melalui skrining Pap Smear.
Studi lain di Korea Selatan juga menyebutkan bahwa skrining Pap Smear secara signifikan dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker serviks pada semua stadium kanker. Pasien yang diskrining memiliki risiko kematian akibat kanker serviks 38 persen lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak di-skrining.
Mengapa Kanker Serviks terus meningkat terutama di Negara Berkembang?
Kurangnya program skrining yang efektif untuk mendeteksi dan mengobati kondisi pra-kanker merupakan alasan utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara-negara berkembang. Diperkirakan hanya sekitar 5 persen perempuan di negara berkembang yang telah menjalani pemeriksaan kanker serviks dalam 5 tahun terakhir, dibandingkan dengan 40 persen hingga 50 persen perempuan di negara maju. Upaya pencegahan kanker serviks di seluruh dunia terfokus pada skrining wanita yang berisiko terkena penyakit ini dengan menggunakan pemeriksaan Pap Smear.
Namun, sebagian besar negara berkembang belum mampu menerapkan program komprehensif berbasis skrining Pap Smear. Selain itu, kemiskinan, terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi, kurangnya pengetahuan, tidak adanya program pencegahan yang berkelanjutan, kurangnya infrastruktur layanan kesehatan yang diperlukan, hambatan sosial dan budaya, serta kurangnya petugas kesehatan yang terlatih merupakan hambatan utama lainnya terhadap kurangnya skrining kanker serviks.
Di Indonesia, deteksi dini kanker sangat rendah yaitu sekitar 5 persen perempuan yang telah melakukan pemeriksaan Pap Smear dan IVA. Apabila perempuan memiliki pengetahuan baik, maka akan memicu keinginan untuk melakukan upaya deteksi kanker serviks seperti pemeriksaan Pap Smear sehingga pada kanker serviks dapat ditemukan sedini mungkin. Selain faktor pengetahuan yang kurang, terdapat faktor  rasa  takut, rasa malu,  dan  faktor  biaya  yang  menyebabkan  angka cakupan  pemeriksaan Pap  Smear masih  cukup  rendah di Indonesia. Tak heran kanker serviks menempati penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia.
Bagaimana Cara Kerja dan Siapa yang dianjurkan melakukan Pap Smear?
Pap Smear dilakukan dengan cara mengambil sampel sel pada leher rahim. Selama prosedur, pasien akan berbaring telentang di meja pemeriksaan dengan kaki terentang dan kaki bertumpu pada penyangga. Setelah itu, dokter akan secara perlahan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina. Alat ini menjaga dinding vagina tetap terbuka dan memberikan akses ke leher rahim. Kemudian dokter akan mengambil sampel kecil sel dari leher rahim. Pap smear terasa sedikit tidak nyaman, namun tes ini sangat cepat. Setelah tes, seseorang mungkin merasakan sedikit ketidaknyamanan akibat gesekan atau sedikit kram dan terkadang juga bisa mengalami pendarahan vagina yang sangat ringan segera setelah tes. Sampel sel dari leher rahim akan disimpan dan dikirim ke laboratorium untuk diuji keberadaan sel abnormal. Selain mendeteksi kanker, Pap Smear juga digunakan untuk mengetahui peradangan atau infeksi pada organ serviks.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, menyebutkan bahwa perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual yang sudah pernah Pap Smear mendapatkan hasil tes negatif harus menjalani pemeriksaan 3 -- 5 tahun sekali perempuan yang memiliki hasil Pap Smear negatif dan yang mendapatkan pengobatan, harus melakukan Pap Smear setiap 6 bulan sekali.Waktu paling tepat untuk melakukan Pap Smear adalah 5 hari setelah menstruasi selesai karena jika dilakukan saat menstruasi kurang akurat.
Dibutuhkannya peran seluruh stakeholder khususnya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai penanggung jawab  dalam menyelenggarakan Penanggulangan Kanker Serviks untuk dapat mendorong masyarakat terutama perempuan usia subur yang sudah menikah untuk segera melakukan deteksi dini kanker serviks melalui Pap Smear.
Penulis: Dyah Ayu Mustikaningrum, Syifa Rahmah Kamilah
REFERENSI
Catarino R, Petignat P, Dongui G, Vassilakos P. Cervical cancer screening in developing countries at a crossroad: Emerging technologies and policy choices. World J Clin Oncol. 2015 Dec 10;6(6):281-90. doi: 10.5306/wjco.v6.i6.281. PMID: 26677441; PMCID: PMC4675913.
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya Jakarta.
Evennett K. 2004. Pap smear: Apa yang perlu diketahui?. Jakarta: Arcan.
Getahun, F., Mazengia, F., Abuhay, M. et al. Comprehensive knowledge about cervical cancer is low among women in Northwest Ethiopia. BMC Cancer 13, 2 (2013). https://doi.org/10.1186/1471-2407-13-2
Kemenkes. 2023. Kemenkes Canangkan Perluasan Imunisasi Gratis Untuk Cegah Kanker Leher Rahim. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230809/5743643/kemenkes-canangkan-perluasan-imunisasi-gratis-untuk-cegah-kanker-rahim/ . Diakses pada: 16/10/2023.
Khoirunisa, V., Setyarini, A., & Indriani, R. (2022). Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dan Pemeriksaan Pap Smear. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(1), 113-124. https://doi.org/10.37287/jppp.v5i1.1358
Luu XQ, Lee K, Jun JK, Suh M, Jung KW, Lim MC, Choi KS. Effect of Pap smears on the long-term survival of cervical cancer patients: a nationwide population-based cohort study in Korea. Epidemiol Health. 2022;44:e2022072. doi: 10.4178/epih.e2022072. Epub 2022 Sep 7. PMID: 36108672; PMCID: PMC9943631.
Mirayashi, Deasy. 2014. "Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di Puskesmas Alianyang Pontianak." Jurnal Mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan, 1(1), 3. Â https://media.neliti.com/media/publications/194320-ID-hubungan-antara-tingkat-pengetahuan-tent.pdf. Diakses pada 16/10/2023
Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:Nuha Medika
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 34 Tahun 2015. Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._34_ttg_Penanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Leher_Rahim_.pdf. Diakses pada 16/10/2023.
Saraswati. 2010. Mencegah & Mengobati 52 Penyakit yang Sering Diderita Perempuan. Yogyakarta : Katahati
Sherris J, Herdman C, Elias C. Cervical cancer in the developing world. West J Med. 2001 Oct;175(4):231-3. doi: 10.1136/ewjm.175.4.231. PMID: 11577044; PMCID: PMC1071564.
Yang DX, Soulos PR, Davis B, Gross CP, Yu JB. Impact of Widespread Cervical Cancer Screening: Number of Cancers Prevented and Changes in Race-specific Incidence. Am J Clin Oncol. 2018 Mar;41(3):289-294. doi: 10.1097/COC.0000000000000264. PMID: 26808257; PMCID: PMC4958036.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H