Mohon tunggu...
Dyah Ayu Agustina
Dyah Ayu Agustina Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Perempuan 24 tahun penyuka kopi tapi bukan penikmat senja. Sedang dalam perjalanan menemukan tujuan hidupnya dengan rajin mengutarakan perasaan dan pikiran dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Twenty Five-Twenty One: Sebuah Panduan Menuju Kedewasaan

11 April 2022   10:58 Diperbarui: 11 April 2022   17:14 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tegas, Ji Seung-wan sebagai sosok alpha-girl mendeskripsikan bagaimana seharusnya keadilan ditegakkan meskipun dirinya merupakan sosok yang disegani di sekolah. Ko Yu-rim mencerminkan bagaimana sebuah mimpi harus diperjuangkan meski keadaan tak mendukung. 

Moon Ji-woong yang berani berbeda dan tetap setia pada cinta sejatinya. Na Hee-do dengan karakter khasnya menjadi contoh tekad yang besar akan mengantarkan kita menjadi sosok yang besar pula.

Tak ketinggalan, Baek Yi-jin yang paling dewasa di antara keempatnya juga menunjukkan cara bersiap menuju kedewasaan sesuai usianya. Dari permasalahan keluarga, karier, hinga kekalutan memilih antara cinta dan pekerjaannya. Fakta dan realita yang memang sudah seharusnya kita hadapi sebagai bagian dari quarter-life crisis.

Lalu sampailah kita pada akhir cerita yang menggemparkan penontonnya. Teori-teori yang dibuat seakan hanyut begitu saja dengan skenario asli penulis yang menurut saya sangat pas dan masuk akal.

Akhir yang tidak diharapkan terkadang merupakan terowongan terbaik menuju kebahagiaan. Seperti halnya scene perpisahan Baek Yi-jin dan Na Hee-do yang terjadi di terowongan penuh kenangan. Terowongan tersebut layaknya kisah cinta mereka berdua yang harus berjalan ke arah yang berbeda, Namun arah tersebut toh nyatanya mempertemukan mereka dengan cahaya masing-masing. 

Gelapnya terowongan tersebut mereka tinggalkan untuk sama-sama mencari kebahagiaan dan jati diri.

Twenty Five Twenty One hanya ingin menunjukkan bahwa hidup ini memang tidak sepenuhnya berjalan sesuai keinginan. Terkadang kita berpikir telah memiliki segalanya dan apa yang telah kita miliki akan abadi. Namun dari dialog akhir Na Hee-do menjelaskan bahwa tidak ada yang abadi selain perasaan yang membekas dari momen-momen selama perjalanan hidup kita.

Bahwa cinta pertama adalah latihan terbaik untuk mengenal makna kebahagiaan dan memahami arti perpisahan. Tak apa jika akhirnya kita tidak bersama dengan cinta pertama kita, justru kenangan bersamanya lah yang memberikan kita pelajaran agar lebih baik jika bersinggungan dengan cinta.

Drama tersebut tanpa disadari juga memberi panduan kepada kita tentang merangkul penyesalan. Segala perasaan bersalah nyatanya hanya perlu disadari dan pelan-pelan direlakan seiring berjalannya waktu.

Pada akhirnya, Twenty Five Twenty One sangat layak dinobatkan sebagai sebuah panduan bagi siapa saja yang bingung harus mempersiapkan apa untuk menjadi dewasa. Tekad kuat, berani melangkah dan mengambil resiko, serta persahabatan yang harus dijaga sampai kapan pun adalah beberapa pesan yang bisa kita ambil dari drama ini. Lebih lengkapnya, jangan lupa nonton Twenty Five Twenty One, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun