Mohon tunggu...
dyah arum condro nowo
dyah arum condro nowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

(

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mikroplastik: Ketika Polutan di Lautan Menjadi Bagian di Setiap Suapan

23 Desember 2024   19:54 Diperbarui: 1 Januari 2025   17:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika sepiring makanan yang kita makan setiap harinya mengandung plastik?  Dewasa ini polemik tentang mikroplastik semakin mencuat, banyak berita yang beredar menyerukan bahaya dari mikroplastik. Meskipun bahaya mikroplastik semakin sering menjadi topik perbincangan, masih menjadi pertanyaan seberapa jauh masyarakat Indonesia memahami dan menyadari risiko yang ditimbulkan.

Menurut World Health Organization (WHO) Mikroplastik adalah partikel-partikel plastik yang berukuran sangat kecil, dengan ukuran kurang dari 5 nanometer. Justru karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik sering kali diabaikan. Mikroplastik dapat ditemukan di mana saja, mulai dari puncak gunung tertinggi hingga dasar laut terdalam. Plastik berukuran sangat kecil ini telah menjadi bagian dari ekosistem kita dan tanpa kita sadari, masuk ke rantai makanan melalui ikan, air, dan bahkan garam yang kita konsumsi sehari-hari. Akibatnya, risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kontaminasi ini kini menjadi perhatian global, karena potensi dampaknya pada tubuh manusia masih belum sepenuhnya dipahami. Mikroplastik juga mampu menyerap dan mengangkut zat-zat kimia berbahaya, yang meningkatkan risiko kontaminasi dalam rantai makanan. Hal tersebut membuat mikroplastik semakin sulit dihindari, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Plt Sekretaris Deputi (Sesdep) Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Aniza, mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, jumlah sampah plastik yang mencemari laut Indonesia mencapai 12,87 juta ton. Sampah plastik yang mencemari lautan dapat terurai menjadi mikroplastik melalui beberapa proses yaitu,  fisik, kimia, dan biologis. Selain itu adapula paparan sinar matahari (fotodegradasi), gelombang laut, dan faktor lingkungan lainnya menyebabkan plastik terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik, berukuran kurang dari 5 nanometer.

Mikroplastik dapat terakumulasi dalam tubuh ikan melalui rantai makanan laut. Ketika mikroplastik masuk ke laut, partikel-partikel kecil ini sering kali mengapung dan tersuspensi di air, sehingga mudah dikonsumsi oleh plankton yang hidup di permukaan atau lapisan air. Setelah plankton menelan mikroplastik, partikel tersebut tetap berada di dalam tubuh mereka. Kemudian para plankton tersebut akan menjadi makanan ikan-ikan kecil. Selanjutnya ikan yang memangsa plankton juga akan ikut mengonsumsi mikroplastik yang ada di dalam plankton. Proses ini disebut "bioakumulasi," dimana mikroplastik berpindah dari satu tingkatan trofik (plankton) ke tingkatan trofik yang lebih tinggi (ikan). Akumulasi mikroplastik dalam tubuh ikan dapat berlanjut seiring mereka mengonsumsi lebih banyak plankton atau organisme lain yang telah terkontaminasi.

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa kenyataannya memang benar mikroplastik dapat masuk dan menjadi bagian tubuh ikan. Masalah ini bukan lagi sesuatu yang bisa dianggap sepele. Jangan lengah karena ukurannya yang kecilnya, tetapi hendaknya kita sadar akan kemampuannya dalam membawa zat kimia berbahaya. Ada banyak sekali zat kimia bisa masuk ke dalam tubuh kita, contohnya seperti logam berat bahkan polutan organik. Artinya akumulasi mikroplastik yang terjadi pada ikan maka akan terjadi pula di tubuh manusia yang mengonsumsinya. Lantas bagaimana dampak yang akan terjadi jika mikroplasik secara terus-menerus terkonsumsi oleh manusia? Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia dampak yang ditimbulkan dari mikroplastik yang masuk ke tubuh adalah dapat mengendap di saluran pencernaan, saluran pernapasan dan di berbagai organ lain. Hal tersebut karena tubuh yang menganggap mikroplastik sebagai benda asing yang tidak dapat diserap, dicerna, maupun diolah oleh tubuh. Sehingga akan dibiarkan mengendap di dalam tubuh. Apabila dibiarkan dalam waktu yang lama maka akan berakibat fatal  yakni menyebabkan peradangan yang dapat mengakibatkan tumor bahkan kanker.

Manusia sebagai konsumen hendaknya mengambil peran aktif dalam permasalahan mikroplastik. Kita memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh polusi plastik. Ada banyak hal yang bisa dilakukan, seperti beberapa langkah kecil dengan cara mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mulai dari penggunaan plastik kantong belanja, botol air minum dalam kemasan, tempat makanan, bahkan sedotan plastik. Sudah banyak alternatif yang ditawarkan seperti kantong belanja berbahan dasar kain yang tentu saja bisa digunakan berkali-kali, botol air minum dan tempat makanan yang bukan sekali pakai, dan sedotan yang berbahan dasar bambu atau staimless steel. Selain itu, gerakan 3R juga perlu digalakkan kembali Konsumen yang bijak kita hendaknya lebih selektif dalam memilih produk plastik sekali pakai.

Kebijakan pemerintah juga diperlukan dalam penanganan masalah ini. Adanya regulasi yang lebih ketat terkait pembuangan dan pengelolaan limbah plastik, seperti peraturan mengenai pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, pengelolaan sampah, atau pengelolaan daur ulang limbah plastik oleh industri. Kebijakan ini juga harus diikuti dengan penegakan hukum yang efektif dan edukasi masyarakat agar menjadi sadar akan berbagai dampak yang ditimbulkan oleh plastik kepada kesehatan dan juga lingkungan.

 Mikroplastik sudah tidak bisa lagi kita pandang sebelah mata. Bukan hanya ancaman kepada lingkungan, tetapi juga kepada rantai makanan yang akan berdampak kepada kesehatan manusia. Berbagai dampak serius ditimbulkan ke tubuh manusia, mulai dari akumulasi zat kimia berbahaya hingga kanker. Sebagai konsumen, kita mengambil peran penting dalam mengurangi paparan mikroplastik, mulai dari perilaku konsumsi, dorongan terhadap regulasi yang ada, dan juga dukungan terhadap inisiatif lingkungan. Dengan langkah tersebut diharapkan kita bisa menjaga kesehatan kita dan ekosistem dari bahaya jangka panjang yang disebabkan oleh mikroplastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun